SOLOPOS.COM - ilustrasi

ilustrasi

JOGJA–Peraturan penggunaan body protector elektrik dalam pertandingan taekwondo bak pisau bermata dua. Di satu sisi, penggunaan ini memiliki keuntungan namun di sisi lain ada kekurangan salah satunya adalah keterbatasan teknik.

Promosi Ada BDSM di Kasus Pembunuhan Sadis Mahasiswa UMY

Menurut manajer tim taekwondo Puslatda PON DIY, Wesley H Tauntu, penggunaan body protector merupakan hal baru bagi tim taekwondo DIY. Pasalnya mereka tak terbiasa menggunakan pelindung badan dengan sensor elektrik ini. Peraturan baru di PON ini disampaikan pada awal Juli sehingga cukup mendadak.

“Sebetulnya alat ini sudah mulai digunakan 2009 lalu. Namun, Indonesia belum terbiasa. Alat yang baru ini menggunakan sensor sehingga kalau ada tendangan yang masuk bukan lagi juri yang menentukan namun sensor di body protector itu,” papar dia kepada Harian Jogja, Selasa (24/7).

Menurut dia, alat itu tetap saja butuh pengawalan dari wasit juri karena ada beberapa tendangan bernilai dua poin. Alat baru itu hanya sebagai pendeteksi suatu serangan dinilai masuk atau tidak. Mengenai poin, wasit dan juri yang akan menambahkan bila ada poin dua karena alat tersebut hanya memberikan nilai satu poin. Selain itu wasit juri tetap menentukan poin dari serangan di kepala.

Keuntungan dari penggunaan alat ini antara lain bisa meminimalisir kecurangan. Sebaliknya kelemahan yang mungkin timbul karena tim DIY belum pernah menggunakan adalah perlu latihan khusus untuk menyesuaikan diri dengan alat baru ini. Pasalnya latihan yang selama ini dilakukan tidak menggunakan teknik untuk menyesuaikan dengan alat baru ini. Penggunaan alat baru ini juga dinilai bisa membatasi teknik yang bisa digunakan atlet.(ali)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya