SOLOPOS.COM - Timnas Indonesia yang bertanding di Asian Games Hangzhou China 2022 yang digelar September-Oktober 2023. (Istimewa/pssi.org).

Solopos.com, SOLOTimnas Indonesia pernah memiliki catatan hitam di gelaran Asian Games, berikut ulasan selengkapnya.

Timnas Indonesia menjadi sorotan setelah di luar dugaan kalah 0-1 dari China Taipei (Taiwan) pada pertandingan kedua Grup F Asian Games Hangzhou China 2022 yang digelar, Kamis (21/9/2023).

Promosi Meniti Jalan Terakhir menuju Paris

Timnas Indonesia gagal memenuhi ekspektasi publik sepak bola Indonesia yang sangat optimistis Indonesia bisa meraih kemenangan atas Taiwan.

Terang saja, pada pertemuan kedua tim sebelumnya, Indonesia membantai Taiwan 9-0 pada laga kualifikasi Piala Asia U-23 2024 yang digelar di Stadion Manahan Solo, beberapa waktu lalu.

Ditambah lagi Taiwan kalah 0-2 dari Korea Utara pada laga pertama mereka di fase Grup F Asian Games Hangzhou, Selasa (19/9/2022) lalu.

Pada sisi lain, timnas Indonesia memiliki modal seusai memenangi laga pertama melawan Kirgizstan dengan skor 2-0.

Atas kondisi itu publik sepak bola Tanah Air optimistis Indonesia bisa menang besar lagi atas Taiwan.

Namun, jangankan membantai Taiwan, skuad asuhan Indra Sjafri menang pun tidak. Bahkan, skuad Garuda malah kalah 0-1.

Kekalahan timnas memang tak secara otomatis menutup peluang lolos ke babak 16 besar. Namun, posisi Indonesia semakin sulit untuk menembus babak selanjutnya.

Sepanjang partisipasi di ajang multievent level Asia empat tahunan itu, timnas Indonesia pernah memiliki catatan hitam. Namun, sebelum membahasnya perlu disampaikan capaian terbaik timnas Indonesia terlebih dahulu.

Dikutip Solopos.com dari laman kebudayaan.kemdikbud.go.id dan sumber lain, Jumat (22/9/2023), Asian Games Hangzhou merupakan edisi ke-19 sejak kali pertama digelar pada 1951. Dari 19 kali digelar, timnas Indonesia berpartipasi sebanyak 11 kali. Dengan demikian ada delapan edisi Asian Games yang tidak diikuti timnas.

Dalam sejarah Asian Games timnas Indonesia tidak terlalu unggul. Pencapaian terbaik timnas meraih medali perunggu di Asian Games Tokyu Jepang 1958 (edisi ke-3).

Kala itu, ada 14 tim sepak bola yang bertarung demi memperebutkan tiga medali. Indonesia tergabung di Grup B bersama India dan Myanmar (saat itu bernama Burma). Dalam babak penyisihan grup, timnas Indonesia yang saat itu dilatih oleh Antun Pogcancik berhasil mengungguli kedua negara tersebut.

Timnas mampu mengalahkan Myanmar  dengan skor 4-2 dan menundukkan India dengan skor 2-1. Indonesia mampu melaju ke perempat final dengan menjadi juara grup.

Pada perempat final, timnas Indonesia berhasil mengalahkan Filipina dengan skor 5-2 kemudian lolos ke semifinal. Sayangnya, laju skuad Garuda terhenti setelah kalah 0-1 dari China Taipei (Taiwan) di semifinal.

Pada perebutan medali perunggu, timnas Indonesia berhadapan dengan India lagi. Phwa Sian Liong dan kawan-kawan sukses meraih kemenangan 4-1 dan menyabet medali perunggu Asian Games 1958.

Pemain timnas Indonesia saat itu juga mencatatkan prestasi bagus. Pemain timnas dari Persib Bandung, Wowo Sunaryo, menjadi pencetak gol terbanyak dengan mengoleksi 23 gol saat melawan Myanmar dan India.

Pada Asian Games edisi pertama (1951) dan kedua, timnas Indonesia masing-masing mencapai perempat final dan peringkat empat.

Empat tahun setelah timnas Indonesia meraih hasil terbaik, tepatnya pada 1962, Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games edisi ke-4. Gelaran dibuka Presiden Soekarno pada 24 Agustus 1962 di Stadion Senayan. Saat itu ada 140 atlet dari 17 negara yang bertanding dalam 13 cabang olahraga (cabor).

Sayang, meskipun bertanding di kandang sendiri, timnas Indonesia mengalami kekalahan pada fase grup setelah ditekuk Malaysia dengan skor 2-3. Meski menang 1-0 di laga pembuka melawan Vietnam Selatan, Indonesia kalah di selisih gol.

Catatan hitam

Pada Asian Games edisi tersebut sejarah hitam untuk timnas tercipta. Sepuluh pemain timnas (enam pemain Persib, tiga pemain PSM, dan satu pemain Persebaya) ditahan oleh Polisi Militer (PM) karena terbukti menerima suap dan terlibat dalam pengaturan skor.

Kasus pengaturan skor tersebut dimulai saat melawan Vietnam Selatan di laga perdana. Rumor yang berkembang menyebutkan ada 10 pemain timnas sepak bola Indonesia melakukan pengaturan skor.

Rumor tersebut kemudian dibuktikan dengan ditemukannya sejumlah uang di kamar para pemain tersebut di asrama pelatnas.

Suap dilakukan oleh bandar judi yang membayar Rp25.000 kepada setiap pemain timnas sepak bola Indonesia yang mengatur skor pertandingan sesuai dengan kepentingan bandar.

Nilai tersebut 1.000 kali lebih besar dari insentif yang diberikan PSSI yang hanya senilai Rp25.

Setelah tragedi memalukan tersebut, nama baik timnas dan Indonesia tercoreng. Namun, timnas Indonesia tetap dikirim ke Asian Games 1966 dan 1970. Indonesia mentok di babak perempat final di kedua edisi tersebut.

Setelah itu KONI memutuskan tidak lagi mengirimkan kontingen sepak bola ke Asian Games dan vakum selama 12 tahun.

Setelah absen di tiga edisi Asian Games (1974, 1978, 1982), AFC (Asian Football Confederation) memberikan teguran dan menyatakan akan menghukum PSSI apabila tidak mengirimkan kontingen sepak bola di Asian Games berikutnya.

PSSI akhirnya mengirimkan kontingen sepak bola di Asian Games 1986 di Seoul, Korea Selatan. Pelatih timnas Indonesia saat itu, Bertje Martupelwa membangun squad terbaiknya dengan membawa empat pemain bintang dari empat tim berbeda yaitu Robby Darwis (Persib), Herry Kiswanto (Krama Yudha Tiga Berlian–KTB), Adolf Kabo (Perseman Manokwari), dan Ricky Yacob (Arseto Solo).

Hasilnya, Indonesia menembus semifinal, tetapi akhirnya hanya meraih peringkat empat.

Setelah penyelenggaraan Asian Games 1986, Indonesia kembali vakum pada cabang olahraga sepak bola di Asian Games selama 20 tahun dan baru kembali berpartisipasi di Asian Games 2006 di Doha, Qatar.

Namun hasilnya sangat mengecewakan. Timnas Indonesia hanya menjadi juru kunci grup dengan statistik kebobolan 11 gol dan hanya mencetak satu gol.

Kemudian pada Asian Games 2014 di Incheon, Korea Selatan, timnas Indonesia berhasil lolos hingga babak 16 besar. Sayangnya, Indonesia kalah 1-4 di tangan Korea Utara. Meski demikian, penyerang Ferdinand Sinaga berhasil menjadi top skor dengan mencetak enam gol.



Berikut capaian prestasi timnas Indonesia di Asian Games 1951-2018:

Asian Games 1951 – Perempat Final

Asian Games 1954 – Peringkat 4

Asian Games 1958 – Peringkat 3/Medali Perunggu

Asian Games 1962 – Babak Grup

Asian Games 1966 – Perempat Final

Asian Games 1970 – Perempat Final

Asian Games 1974 – Tidak Berpartisipasi

Asian Games 1978 – Tidak Berpartisipasi

Asian Games 1982 – Tidak Berpartisipasi



Asian Games 1986 – Peringkat 4

Asian Games 1990 – Tidak Berpartisipasi

Asian Games 1994 – Tidak Berpartisipasi

Asian Games 1998 – Tidak Berpartisipasi

Asian Games 2002 – Tidak Berpartisipasi

Asian Games 2006 – Babak Grup

Asian Games 2010 – Tidak Berpartisipasi

Asian Games 2014 – Babak Grup

Asian Games 2018 – Babak 16 Besar



Asian Games 2022 (digelar 2023) – ?

Itulah catatan hitam timnas Indonesia sepanjang digelarnya Asian Games.

 



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya