SOLOPOS.COM - Ketua Umum KOI, Raja Sapta Oktohari. (ANTARA/Arindra Meodia)

Solopos.com, JAKARTA—Komite Olimpiade Indonesia (KOI) menyebut dibatalkannya Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 oleh FIFA menjadi presenden buruk bagi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) dan Indonesia.

Diharapkan preseden buruk itu tidak berdampak negatif terhadap berbagai event olahraga internasional lain yang bakal digelar di Tanah Air.

Promosi Era Emas SEA Games 1991 dan Cerita Fachri Kabur dari Timnas

Ketua KOI Raja Sapta Oktohari, melalui rilis yang diterima Solopos.com, Senin (3/4/2023), menyampaikan seluruh pihak, termasuk pemerintah daerah (pemda), sebaiknya menahan diri dalam mengeluarkan bahasa–bahasa yang tidak produktif terhadap rencana Indonesia untuk menjadi tuan rumah banyak event olahraga internasional pada tahun ini.

“Semoga preseden yang terjadi di Piala Dunia U20 sepak bola ini tidak terjadi pada event–event lain,” ujar Raja Sapta Oktohari yang kerap akrab disapa Okto di Jakarta.

Indonesia telah diagendakan menjadi tuan rumah berbagai event olahraga bertaraf internasional dan bergengsi hingga akhir tahun.

Pertama, akan diselenggarakan Jakarta E-Prix atau mobil balap elektrik di Jakarta pada 3-4 Juni 2023.

Kedua, bakal digelar Indonesia Open, salah satu event bergengsi kelas dunia di cabang bulu tangkis di Jakarta pada 13–18 Juni 2023.

Ketiga, akan digelar ANOC World Beach Games di Bali pada 6–12 Agustus 2023. Dalam event ini akan ada 14 cabang olahraga yang biasa digelar di pantai dan diperkirakan akan hadir juga kontingen Israel.

Keempat, Indonesia akan menjadi tuan rumah Kejuaraan Dunia Basket FIBA pada 25 Agustus – 10 September 2023. Indonesia bersama Jepang dan Filipina akan menjadi tuan rumah bersama.

Kelima, Indonesia kembali akan menjadi tuan rumah MotoGP yang digelar di Mandalika, Nusa Tenggara Barat pada 14 – 15 Oktober 2023.

Okto mengatakan tantangan menjadi tuan rumah event–event olahraga berkelas global di Indonesia itu mengandung tantangan yang lumayan besar. Salah satunya adalah tantangan yang dihadapi rencana digelarnya ANOC World Beach Games.

Dia meminta semua pihak memahami status World Beach Games di Bali tersebut.

“Kita masih menunggu surat resmi dari ANOC tentang hasil kualifikasi negara dan atlet yang akan turun bertanding di World Beach Games. Karena wajib dipahami bahwa World Beach Games ini merupakan multievent terbesar setelah Olimpiade Musim Panas dan Olimpiade Musim Dingin,” ujar Okto.

ANOC World Beach Games akan diikuti peserta dari 130 negara dan akan ada 1.600 atlet yang akan datang.

Ini momentum Indonesia untuk membuktikan layak sebagai tuan rumah event yang besar, apalagi Indonesia bercita – cita menjadi tuan rumah Olimpiade 2036.

Okto menegaskan semua pihak harus melihat dari cakupan yang lebih luas lagi, karena saat ini berbicara olahraga sebagai sebuah negara.

Untuk mencapai posisi Indonesia yang mendapatkan kepercayaan besar dunia seperti saat ini, tidaklah mudah. Event seperti ANOC World Beach Games bukan sekadar Asian Games atau Seagames yang bersifat regional.

“Kita bicara konteks dunia. Karena tingkat dunia, terdapat konsekuensi–konsekusian yang harus dijawab. Dan apa pun yang terjadi nanti jangan sampai menjadi preseden dan akhirnya menimbulkan stigma kepada Indonesia menjadi kurang baik,” ujar Okto.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya