SOLOPOS.COM - Ilustrasi Stadion Manahan di Kota Solo. (Istimewa)

Solopos.com, JAKARTA–Ketua Umum PSSI Erick Thohir mengumumkan penyelenggaraan Piala Dunia U-17 2023 akan menggunakan empat stadion, berikut data dan fakta tentang empat stadion tersebut.

Penunjukan empat stadion merupakan hasil rapat dengan bersama dengan Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA). FIFA akan mengumumkan secara resmi empat stadion mana saja yang akan digunakan pada 10 November-2 Desember 2023 mendatang tersebut.

Promosi Era Emas SEA Games 1991 dan Cerita Fachri Kabur dari Timnas

“Sekarang tinggal 94 hari menuju Piala Dunia U-17 dan tentu dana yang harus digelontorkan harus seefisien mungkin. Karena itu dari delapan stadion, hasil rapat dengan FIFA, kami sepakat akan menggunakan empat stadion,” kata Erick Thohir seusai menghadiri peresmian Indonesia Arena di Jakarta, Senin (7/8/2023).

Dia menyebut dipilih empat stadion karena PSSI turut memikirkan kebutuhan logistik dan akses para pemain nantinya.

“Terbang ke sana terbang ke sini kan itu harus diperhitungkan juga. Karena itu ada kesepakatan dengan FIFA, tetapi yang akan mengumumkan FIFA ya, bukan saya,” ucapnya.

Sebelumnya, mantan Presiden Inter Milan itu menyebut Piala Dunia U-17 2023 Indonesia diusulkan digelar di empat kota di Pulau Jawa, meliputi Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Solo.

Pada akhir Juli 2023 lalu perwakilan FIFA telah menginspeksi empat stadion di empat kota yang diusulkan PSSI. Keempat stadion tersebut meliputi Jakarta International Stadium (JIS), Si Jalak Harupat (Bandung), Gelora Bung Tomo (Surabaya), dan Manahan (Solo).

Berikut data dan fakta empat stadion yang akan menjadi venue Piala Dunia U-17 2023 Indonesia:

1. Jakarta International Stadium (JIS)

JIS atau Stadion Internasional Jakarta merupakan infrastruktur publik yang berlokasi di Kelurahan Papanggo, Kecamatan Tanjung Priok, Kota Jakarta Utara, DKI Jakarta.

Proyek pembangunan JIS diawali pada 2008 saat Jakarta berada di bawah pemerintahan Fauzi Bowo yang akhirnya diresmikan pada era kepemimpinan Anies Rasyid Baswedan.

Saat itu, lahan yang sekarang menjadi JIS adalah Taman Bersih Manusia Wibawa (BMW) dengan luas total 66,6 hektare (ha). Kawasan tersebut merupakan aset Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang diperoleh melalui penyediaan lahan dari tujuh perusahaan swasta.

Kemudian, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggusur bangunan-bangunan liar di kawasan tersebut dan berencana membangun stadion bertaraf internasional. Namun, rencana ini harus terhambat lantaran sengketa lahan sehingga pembangunan pun akhirnya tidak terlaksana.

Beralih pada 2014, pada masa Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi), rencana pembangunan stadion kembali muncul. Khususnya, setelah Pemprov menggusur Stadion Lebak Bulus dan mengubahnya menjadi depo mass rapid transit (MRT) fase 1 Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia.

Alhasil, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mencari alternatif lahan untuk membangun stadion pengganti Lebak Bulus dan taman BMW menjadi salah satu pilihan. Berbekal telah mengurus bukti kepemilikan tanah dan mengajukan gugatan terkait sengketa lahan tersebut.

Pada saat itu, Jokowi juga menunjukkan dua sertifikat yang membuktikan lahan di Taman BMW adalah milik Pemprov DKI Jakarta. Namun, pembangunan stadion bertaraf internasional tersebut belum juga terwujud.

Pada 2017, Djarot Saiful Hidayat menyatakan berhasil memenangkan gugatan sengketa lahan pada 2015 dan memperoleh sertifikat hak pakai pada 18 Agustus 2017.

Namun, sekali lagi pembangunan stadion tersebut tidak kunjung dimulai. Akhirnya, pada 2019, Anies Baswedan berhasil memperkenalkan Jakarta International Stadium (JIS) sebagai nama stadion yang akan dibangun.

Dia juga mengakui peran gubernur-gubernur sebelumnya dalam proyek ini. Bermodal dengan menugaskan BUMD PT Jakarta Propertindo (Jakpro) untuk melaksanakan proyek tersebut.

Setelah tiga tahun berlalu, akhirnya JIS selesai dibangun pada 2022. JIS mampu menampung 82.000 penonton. JIS pernah dianugerahi tiga kategori oleh Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI), yakni lifting struktur atap stadion dengan bobot terberat, stadion pertama yang menggunakan sistem atap buka-tutup, dan stadion green building dengan Sertifikasi Platinum Pertama.

JIS termasuk stadion pertama di Indonesia yang dibangun dengan konsep keberlanjutan (sustainability). Kemudian, rumput stadion utama dan lapangan latihnya menggunakan hybrid turf yang bisa menyerap air lebih banyak.

Bahkan, diklaim bisa digunakan hingga 1.000 jam pertandingan. Luas kawasan stadion hampir 300.000 meter persegi dan tinggi 70 meter.

2. Si Jalak Harupat (Bandung)

Si Jalak Harupat bertempat di desa Kopo dan Cibodas, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung. Nama yang diambil berasal dari julukan salah seorang pahlawan nasional dari Bojongsoang, Bandung yaitu Otto Iskandardinata.

Stadion ini dibangun mulai Januari 2003 pada saat Kabupaten Bandung dipimpin oleh Bupati Obar Sobarna. Selanjutnya diresmikan pada April 2005 oleh Agum Gumelar yang menjabat sebagai Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat.

Lapangan sepak bola sebagai arena utama memiliki rumput jenis zoyzia matrella lin mer yang bisa meminimalkan cedera pemain bola.

Lampu untuk lapangan berketetapan 1.000 lux yang memungkinkan diterapkannya pertandingan malam. Kemudian, fasilitas lain di lapangan ini adalah Papan skor (scoring board) elektronik dan lintasan (track) untuk atletik dengan ukuran standar sebanyak 8 lintasan.

Serta mampu menampung 27.000-40.000 penonton. Luas kontruksi stadion ini total 28.177 meter persegi dengan luas lapangan sepak bola 7.500 meter persegi dan lansekap 13.000 meter persegi.

Dalam rangka upayanya menjadi pendamping Stadion Gelora Bung Karno untuk menggelar pertandingan Piala Asia AFC, pada 2010, stadion ini direnovasi untuk meningkatkan sarana prasarana sehingga layak sebagai stadion internasional.

Tribune penonton, ruang ganti pemain, loket tiket, dan bagian-bagian di sekitar stadion kini dinilai sudah memenuhi standar yang diambil keputusan Konfederasi Sepakbola Asia (AFC).

3. Gelora Bung Tomo (Surabaya)

Stadion Gelora Bung Tomo menjadi kebanggaan masyarakat Kota Pahlawan dan juga Jawa Timur. Stadion ini memiliki kapasitas 45.000 penonton, terbesar di provinsi tersebut.

Stadion yang dibangun dengan anggaran Rp100 miliar ini didirikan mulai 1 Januari 2008 dan dibuka pada 6 Agustus 2010.

Selain rutin menghelat laga-laga kompetisi domestik yang melibatkan Persebaya, lapangan satu ini kerap dipakai buat pertandingan timnas Indonesia berbagai level saat bertanding di luar Jakarta.

Terakhir, timnas Indonesia menjalani FIFA matchday melawan Palestina di stadion tersebut.

4. Stadion Manahan (Solo)

Stadion Manahan berlokasi di Jl. Adi Sucipto Manahan, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo yang diresmikan pada 21 Februari 1998 oleh Presiden ke-2 Soeharto.



Letak Stadion Manahan terbilang cukup strategis, yakni berada di pusat kota, berdekatan dengan stasiun kereta, terminal, bandara, hotel, jalan raya, dan pusat perbelanjaan. Dari Bandara Internasional Adi Sumarmo hanya berjarak 9 km.

Stadion Manahan merupakan dedikasi dari Yayasan Ibu Tien Soeharto. Pembangunan dimulai pada 1989 di lahan seluas 170.000 meter persegi.

Selama sembilan tahun masa pembangunan, stadion berukuran total 33.300 meter persegi akhirnya berdiri kokoh. Menurut sejarahnya, kawasan Stadion Manahan sejak dahulu memang dikenal sebagai sebuah kompleks olahraga.

Di kompleks Manahan kala itu terdapat lapangan tenis, gedung olahraga (GOR), dan lapangan sepak bola. Begitu diresmikan pada 1998, Stadion Manahan dibuka untuk umum.

Stadion Manahan sudah dua kali direnovasi. Renovasi pertama dilakukan satu dekade sejak diresmikan atau tepatnya pada 2008. Tidak tanggung-tanggung, perbaikan sistem aliran air di lapangan ini menelan biaya sekitar Rp1,6 miliar.

Kemudian, pada Agustus 2018 renovasi Manahan didukung penuh tidak hanya oleh Pemerintah Kota Solo, tetapi juga pemerintah pusat melalui Kementerian PUPR.

Hampir seluruh bagian Stadion Manahan diperbaiki hingga berstandar FIFA/AFC. Untuk mempertahankan ciri khas sebagai stadion kebanggaan warga Solo maka dipasang hiasan Batik Kawung pada bagian fasad.

Setelah direnovasi, Stadion Manahan memiliki kapasitas 20.000 penonton. Sebelumnya, kapasitas stadion mampu menampung hingga 24.000 penonton. Jumlah tersebut menyusut disebabkan penggunaan single seat atau kursi tunggal untuk penonton di tribune.

Demikian data dan fakta tentang empat stadion yang berpeluang besar akan digunakan sebagai venue Piala Dunia U-17 Indonesia.



Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul “Sudah Diumumkan, Ini Data Fakta Empat Stadion untuk Piala Dunia U-17





Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya