SOLOPOS.COM - Spanduk milik Surakartans yang digelar di laga Persis Solo vs Dewa United di Stadion Manahan, Minggu (17/12/2023) (Istimewa/Surakartans)

Solopos.com, SOLO — Di laga kandang terakhir Persis Solo di tahun 2023 melawan Dewa United di Liga 1 2023/2024, Minggu (17/12/2023), Stadion Manahan sudah riuh sejak sebelum sepak mula.

Para suporter yang hadir menggunakan pakaian atau jersei berwarna merah sudah menyanyikan chants untuk mendukung tim kebanggaan warga Solo ini.

Promosi Riwayat Banjir di Semarang Sejak Zaman Belanda

Tapi tidak di tribun sebelah timur, tepatnya di bagian B6 Stadion Manahan, warna hitam dan merah mendominasi dengan chants yang berbeda.

Spanduk yang bertuliskan “You Decided You Have to Responsible’ membentang di sepanjang pertandingan.

Spanduk tersebut dikibarkan oleh Surakartans, salah satu kelompok suporter Persis Solo yang terkenal militan.

Tulisan tersebut kurang lebih berarti “kau yang memilih kau yang harus bertanggung jawab”.

Salah satu pentolan Surakartans, Ivan Bogdanov, bercerita kepada Solopos.com, Selasa (19/12/2023), tentang sejarah berdirinya Surakartans.

Menurutnya, Surakartans semula bernama Persis Fans B6.

“Nama B6 digunakan mengambil nama tribun di sebelah timur sisi utara Stadion Manahan sebelum renovasi. Persis Fans B6 mengaplikasikan kultur Inggris sebagai cara mendukung,” ujar Ivan Bogdanov.

Ivan menjelaskan, Pasoepati melekat kultur mania sebagai kultur suporter Indonesia.

Seiring berjalannya waktu, Persis Fans B6 yang semula hanya beranggotakan puluhan orang berubah menjadi ribuan orang.

Fenomena baru menjadi daya tarik para pecinta sepak bola untuk masuk ke tibun B6. Puncaknya setelah laga pembuka Liga 2, Persis Solo melawan PPSM Magelang pada 16 April 2014.

“Saat itu terjadi gesekan antara Persis Fans B6 dengan Pasoepati di tribune B7. Setelah laga itu, pada laga selanjutnya tribune B6 selalu penuh. Bertambahnya jumlah anggota membuat Persis Fans B6 semakin dinamis. Hingga akhirnya mereka pun mengubah nama menjadi Surakartans, meski beranggotakan ribuan orang, Surakartans tetap pada pendiriannya untuk tidak berorganisasi. Dalam mendukung Surakartans tidak menggunakan alat musik, berbeda dengan Pasoepati yang terkenal kreatif dalam mengolah alat musik dan lagu dukungan,” tegasnya.

Ivan mengatakan, cara mendukung yang dilakukan Surakartans menyerap budaya sepak bola di Inggris sehingga sering dikenal sebagai casual.

Nama casual muncul karena cara berpakaian Surakartans yang tidak memiliki warna identik.

Mereka menggunakan brand-brand casual meskipun pada akhirnya saat ini fenomena brand casual ternama perlahan memudar.

“Surakartans turut dikenal sebagai hooligans menyusul kultur Inggris yang mereka gunakan. Semua itu dipengaruhi oleh perkembangan media yang masif,” lanjut Ivan.

Disinggung mengenai performa Persis Solo musim ini, Ivan menyebut Laskar Sambernyawa bisa terus berjuang untuk bisa bersaing di Liga 1.

Meski begitu, Ivan menyebut, Surakartans akan terus mendukung Laskar Sambernyawa di manapun dan di kasta manapun berlaga.

“Intinya main di kasta mana aja tetap mendukung. Kondisi lebih buruk dari ini, Surakartans pernah mengalami. Tapi harapannya bisa berjuang di Liga 1 dengan kondisi saat ini,” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya