Sport
Rabu, 22 Juli 2020 - 06:00 WIB

Duo Legenda Persis Solo Sumbang Barang Bersejarah ke Museum Titik Nol Pasoepati

Chrisna Chaniscara  /  Ahmad Baihaqi  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Legenda Persis Solo, Hong Widodo (kedua dari kanan), dan Franz Setiabudi (kedua dari kiri) berfoto dengan barang bersejarah yang akan dihibahkan ke Museum Titik Nol Pasoepati, Selasa (21/7/2020). (Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Duo bintang Persis Solo era 1960-1970-an, Hong Widodo dan Franz “Wewek” Setiabudi, kompak menghibahkan benda penting dalam karier sepak bolanya untuk Museum Titik Nol Pasoepati, Nusukan, Solo.

Hong menyumbangkan piala pemain terbaik yang dia raih dalam turnamen bikinan PSSI Jawa Tengah pada 1977. Adapun Wewek memberikan sepatu bola yang sempat dia pakai di ujung karier sebagai pesepakbola pada 1976.

Advertisement

1 Warga Positif Covid-19, Jalanan Desa Ketro Tanon Sragen Auto-Sepi, Penduduk Tak Berani Nongkrong

Dua barang tersebut sebelumnya hanya dipajang di rumah para legenda. Meski usianya hampir setengah abad, kondisi barang milik Hong maupun Wewek cukup terawat. Balutan kuningan serta ukiran kayu dalam piala masih relatif mulus. Hanya miniatur pemain yang menancap di atas piala tampak diisolasi.

“Dulu sempat copot, maklum usianya sudah tua,” ujar Hong saat berbincang dengan Solopos.com di Museum Titik Nol Pasoepati, Selasa (21/7/2020).

Advertisement

Hong mengatakan piala pemain terbaik menjadi salah satu kebanggaan tersendiri saat berkiprah bersama Persis medio 1960-1970-an. Dia berkisah dulu PSSI Jateng setiap tahun menggelar turnamen khusus untuk tim-tim Jawa Tengah. Sayang capaian pribadinya tahun 1977 itu tak dibarengi kesuksesan Persis meraih gelar.

Harapan

Di babak final, Persis ditaklukkan PPSM Magelang dengan skor 0-1. “Harus puas jadi runner up,” ujar lelaki 77 tahun tersebut. Eks striker Persis itu berharap piala tersebut dapat lebih bermanfaat ketika dipajang di Museum Titik Nol.

Sementara itu, Franz “Wewek” Setiabudi memilih menghibahkan sepatu berwarna putih yang sempat dipakai tahun 1976, setahun sebelum gantung sepatu pada 1977. Wewek membeberkan sepatu buatan Surabaya tersebut tak senyaman sepatu bola zaman sekarang.

Advertisement

Sol sepatunya pun masih dihiasi paku sebagai penguat agar tidak mudah jebol. “Dipakai lari enggak enak, kaki rasanya sakit semua,” ujarnya sambil tertawa.

Polanharjo Klaten Zona Merah, Gusgas PP Covid-19 Tancap Gas Razia Masker

Dia mengaku langsung mengiyakan ketika pendiri Museum Titik Nol Pasoepati, Mayor Haristanto, memintanya turut menyumbangkan barang berharga dalam karier sepak bola. “Sepatu ini bisa punya cerita di sini. Lagipula sudah tidak dipakai, hanya dicentelne di rumah,” ujar Wewek.

Mayor mengaku tersanjung dengan respons positif para legenda Persis. Sesepuh Pasoepati itu menilai barang tersebut sangat berharga untuk mengenalkan sejarah Persis pada para suporter muda. “Pasti ada sebagian fans yang belum tahu sepak terjang Pak Hong dan Pak Wewek membesarkan Persis. Koleksi ini bisa menjadi media mengenalkan suporter pada sejarah klub,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif