Sport
Senin, 6 Agustus 2012 - 15:23 WIB

EVALUASI OLIMPIADE: Tradisi Emas Gagal, Manajemen Pelatnas Harus Dievaluasi Total

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kegagalan tim bulu tangkis mempertahankan tradisi merebut medali emas olimpiade menjadi peringatan bagi dunia olahraga Indonesia. Kegagalan ini masih ditambah dengan skandal rekayasa pertandingan yang melibatkan pula pasangan ganda putri Meiliana Jauhari (kiri) dan Greysia Polii. (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

Kegagalan tim bulu tangkis mempertahankan tradisi merebut medali emas olimpiade menjadi peringatan bagi dunia olahraga Indonesia. Kegagalan ini masih ditambah dengan skandal rekayasa pertandingan yang melibatkan pula pasangan ganda putri Meiliana Jauhari (kiri) dan Greysia Polii. (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

JAKARTA – Transformasi secara menyeluruh dalam manajemen pemusatan latihan nasional, khususnya bulutangkis, mendesak dilakukan, akibat kegagalan kontingen Indonesia melanjutkan tradisi emas pada Olimpiade London 2012.
Advertisement

Pengamat olahraga Fritz Elliker Simanjuntak dalam keterangan persnya di Jakarta, Senin mengatakan, kegagalan tim Olimpiade Indonesia di London, Inggris, adalah puncak dari keterpurukan olahraga di Tanah Air. “Jadi, bukan semata-mata kegagalan Chief De Mision Erick Tohir atau pengurus Komite Olahraga Indonesia, sehingga perlu pembenahan manajemen Pelatnas secara menyeluruh. Karena itu transformasi keseluruhan mutlak dilakukan,” kata Fritz Elliker Simandjuntak.

Menurut Fritz, sebenarnya pembenahan Pelatnas sudah dilakukan sejak lama. Namun, hal itu belum juga menunjukkan hasil yang lebih baik. Pembenahan harus dilakukan mulai dari pembenahan manajemen pelatnas hingga pembenahan teknis, ujarnya. Fritz menambahkan, untuk pembenahan manajemen contohnya adalah pembenahan di tubuh Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI). Perlu dievaluasi bagaimana selama ini dukungan PBSI terhadap tim pelatnas bulu tangkis.

“Bagaimana juga dengan manajemen keuangan PBSI?. Jangan sampai hak-hak atlit tidak dipenuhi. Semuanya itu harus dibenahi,” paparnya. Selain itu, lanjut dia, perlu dipertimbangkan juga apabila PBSI dipimpin oleh orang-orang yang bukan sekedar mantan pejabat ataupun jenderal, tapi juga profesional dengan kapabilitas dan networking yang luas.

Advertisement

“Kepemimpinan yang profesional penting untuk meningkatkan kinerja organisasi. KaLau perlu PBSI dipimpin oleh orang asing yang profesional dan punya pengalaman serta jaringan yang luas,” tutur Fritz. Untuk pembenahan teknis, Fritz menuturkan, penerapan teknologi yang memadai untuk mendukung manajemen pelatnas penting diterapkan saat ini. “Begitu juga dengan manajemen kepelatihan, hal itu juga mendesak untuk dilakukan segera,” katanya.

Senada dengan Fritz, tokoh legendaris bulu tangkis Indonesia, Rudi Hartono menilai manajemen pembinaan yang tidak tertata selama ini harus segera diperbaiki. Menurut Rudi Hartono, selama ini pembinaan di bulu tangkis tidak massal dan tidak berjenjang serta hanya mengandalkan klub, sehingga membuat sulit adanya regenerasi atlit.

“Karena itu, saat ini sudah harus ada masifikasi bulutangkis hingga level sekolah-sekolah untuk mendidik anak-anak usia dini,” tutur peraih delapan gelar All England ini. Selain itu, menurut Rudi, juga diperlukan adanya regenerasi pengurus. “Hal itu harus berani dicoba, kalau tidak, mandek. Ketua umum nanti harus benar-benar antusias dan mau terbuka,” tukasnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif