SOLOPOS.COM - Presiden FIFA, Sepp Blatter, berpose di gawang di sebuah lapangan spekbola di Zurich, Swiss, belum lama ini. FIFA akhirnya menyetujui penggunaan teknologi pemantauan garis gawang untuk mencegah kontroversi dianulirnya gol yang seharusnya masuk, namun tidak terlihat wasit. (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

Presiden FIFA, Sepp Blatter, berpose di gawang di sebuah lapangan spekbola di Zurich, Swiss, belum lama ini. FIFA akhirnya menyetujui penggunaan teknologi pemantauan garis gawang untuk mencegah kontroversi dianulirnya gol yang seharusnya masuk, namun tidak terlihat wasit. (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

ZURICH –Badan sepakbola dunia, FIFA, akhirnya menyetujui penerapan teknologi pemantau garis gawang. FIFA juga mengizinkan para pesepakbola perempuan muslim mengenakan jilbab saat bertanding.

Promosi Banjir Kiper Asing Liga 1 Menjepit Potensi Lokal

Keputusan pengadopsian teknologi pemantauan gawang diambil, Kamis (5/7/2012) di Jenewa, Swiss, waktu setempat setelah sejak lama para pemain, pelatih dan media menyerukannya, menyusul banyaknya insiden di mana wasit menganulir gol karena dianggap tidak masuk ke gawang, padahal yang terjadi sebaliknya. Sementara keputusan izin penggunaan jilbab diambil menanggapi kecaman luas saat tim sepakbola perempuan Iran gagal lolos kualifikasi ke Olimpiade London gara-gara mereka tak boleh mengenakan jilbab saat bertanding.

Perdebatan soal penggunaan teknologi pemantau garis gawang sudah berlangsung sejak 10 tahun terakhir ketika FIFA di bawah Presiden Sepp Blatter keberatan mengadopsinya, dengan alasan kesalahan manusia adalah bagian dari daya tarik sepakbola. Sementara terkait pelarangan penggunaan jilbab, FIFA tadinya berpendapat hal itu sesuai alasan keselamatan dan karena jilbab tidak diatur dalam aturan persepakbolaan.

Kampanye izin untuk mengenakan jilbab yang sudah diperbolehkan dalam olahraga lain seperti rugby dan taekwondo, dipelopori oleh Wakil Presiden FIFA yang juga anggota komite eksekutif, Pangeran Ali Bin Al-Hussein dari Jordania. PBB secara khusus juga telah mengimbau agar busana khas perempuan muslim itu diiizinkan.

“Bagi seluruh perempuan pemain sepakbola dunia, selamat!” ujar pangeran Ali dalam pernyataan resminya. “Kami semua ingin melihat Anda tampil di lapangan. Sepakbola perempuan kini terus berkembang dan kami semua menaruh harapan besar kepada Anda. Kami mendukung Anda sepenuhnya,” tegasnya.

Sepp Blatter menyatakan momentum bagi penerapan teknologi pemantauan terjadi saat insiden dianulirnya gol pemain Inggris Frank Lampard ke gawang Jerman saat putaran final Piala Dunia 2010, meski saat itu terlihat jelas bola Lampard sudah melampaui garis gawang. “Kami tidak punya sistem yang akurat di masa lalu. Setelah apa yang terjadi di Afrika Selatan saya harus bilang ‘terima kasih Lampard’. Saya butuh waktu sehari untuk memulihkan diri, saya betul-betul kaget dan terguncang,” kata Blatter.

Teknologi yang akan diadopsi adalah Hawk-Eye, yang sudah digunakan di tenis dan kriket dan didasarkan pada pemantauan optikal menggunakan kamera. Teknologi lainnya adalah GoalRef, yang menggunakan medan magnetis dan bola khusus. Kedua sistem ini terpilih dari 10 sistem yang diajukan dan sudah menjalani banyak uji coba. Kedua sistem itu mampu memberikan informasi kepada wasit dalam waktu satu detik apakah bola sudah melampaui garis gawang atau belum. Meski begitu sistem ini tidak akan diwajibkan dipakai. FIFA menyatakan sistem ini akan dipakai pada turnamen internasional Piala Dunia Klub Desember mendatang dan Piala Dunia 2014 di Brazil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya