SOLOPOS.COM - WISMA PSIM GELAP—Pemain PSIM, Herminanto menulis rincian gajinya yang belum dibayar Manajemen PSIM, diterangi lilin karena listrik Wisma PSIM di Jalan Mawar 1, Baciro diputus PLN karena menunggak, Selasa (29/5).(JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

WISMA PSIM GELAP—Pemain PSIM, Herminanto menulis rincian gajinya yang belum dibayar Manajemen PSIM, diterangi lilin karena listrik Wisma PSIM di Jalan Mawar 1, Baciro diputus PLN karena menunggak, Selasa (29/5).(JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Sudah jatuh tertimpa tangga. Itulah yang dirasakan oleh para pemain PSIM semalam (29/4). Gaji dan bonus belum terbayarkan, kini mereka harus tidur menghabiskan malam dalam kamar wisma yang gelap dan pengap.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Ketika malam datang, memang artinya derita baru bagi para pemain PSIM. Praktis, tanpa aliran listrik, mereka harus melewati malam dalam kegelapan.

Sejak siang, wisma pemain yang sehari-hari menjadi tempat mereka berteduh memang sudah tak lagi dialiri listrik setelah petugas PT PLN Rayon Jogja Selatan mendatangi wisma dan membongkar meteran listrik.

Tak mudah pastinya. Namun, jelas tak ada pilihan lain bagi mereka selain harus menerima keadaan sulit ini. Hendak protes ke siapa, mengadu ke siapa, mereka seperti sudah kehilangan akal. ”Mau bagaimana lagi,” ujar M. Irfan, salah satu pemain PSIM.

Bagi pemain yang bukan merupakan warga asli Jogja, memang tak memiliki pilihan lain untuk menginap di wisma yang dalam keadaan gelap gulita itu.

Dalam kondisi gelap, tak banyak yang bisa mereka lakukan selain menikmati gelap di teras wisma bersama-sama.

Berbekal peletik nyala lilin, beberapa pemain terlihat menikmati malam secara bersama-sama. Namun dengan kondisi klub yang beberapa hari terakhir tengah tidak kondusif lantaran kondisi keuangan yang karut marut, kebersamaan mereka kini tak lagi untuk membahas kehidupan pribadi mereka saja, melainkan lebih untuk membahas strategi mereka mendapatkan hak-haknya.

”Kami sudah tak ada waktu membahas keluarga, membahas kehidupan pribadi, apalagi permainan tim. Yang ada di otak kami cuma bagaimana mengembalikan hak-hak kami,” ucap Radikal Idealis, pemain PSIM lainnya.

Memang, sudah hampir empat  bulan mereka tak menerima gaji mereka. Selain itu, mereka juga belum menerima sepeser pun bonus pertandingan mereka sebanyak enam laga.

Itulah, dalam gelap, sedikit pun tak muncul senyum ceria yang biasanya mereka tunjukkan setiap malam. Raut tegang kini lebih terlihat di wajah satu per satu penggawa PSIM. ”Kami sudah benar-benar tak nyaman mas,” ujar Topas Pamungkas, bek sayap PSIM yang lebih memilih menikmati malam di kamarnya sambil mengotak-atik ponsel bersama pemain Joni Sukirta, pemain PSIM lainnya.

Beruntungnya, ia adalah warga asli Jogja, sehingga tak seperti rekan-rekannya yang lain, ia lebih memilih untuk tidak menginap di Wisma PSIM dan pulang ke rumahnya di kawasan Kotagede.

Begitu juga dengan Nova Zaenal. Kapten tim PSIM ini juga harus menginap di wisma dalam keadaan gelap gulita.

Pemain asli sunda ini memang tak punya pilihan lain untuk menginap di wisma lantaran tak punya tempat bernaung lagi di Jogja. ”Banyak kok yang tidur di sini nanti malam. Tapi pasti panas sekali di kamar,” keluhnya sambil menyantap makanan catering wisma yang kali ini harus dipindah dari ruang makan wisma ke Aula Monumen PSSI.

Ilegal

Manajer Rayon Jogja Selatan PT PLN (Persero) Rayon Jogja Selatan Bambang Eko, mengatakan sebenarnya sejak Jumat (25/5), tiga rekening listrik dengan atas nama PSIM/Monument, Asrama PSIM 1 dan Asrama PSIM 4 yang menunggak tagihan rekening sebesar Rp37 juta sudah diputus.

Ia mengatakan, ketika itu arus listrik pada dua rekening, yakni Asrama PSIM 1 dan 4 sudah dimatikan, bahkan meteran listriknya pun sudah dibongkar dan dibawa ke kantor PT.PLN. Sedangkan meteran untuk rekening dengan atas nama PSIM/Monument yang notabene memiliki tagihan paling besar dibiarkan terpasang.

”Kami hanya memberlakukan pemutusan arus listrik dari tiang listrik saja. Karena pada dasarnya pemutusan bisa dilakukan dengan dua cara, yakni dari meterannya dan dari tiang listrik,” ujarnya.

Akan tetapi, pihaknya kemudian heran ketika sekitar pukul 20.30 WIB, listrik di meteran dengan atas nama PSIM/Monument tersebut kembali menyala. ”Padahal kami tidak menginstruksikan satu pun karyawan kami untuk menyambungnya kembali. Itu kan berarti ilegal. Tapi karena memang listrik menyala melalui meteran listrik, kami tidak bisa menindaknya,” tegasnya.

Akhirnya, Selasa (29/5), sekitar pukul 12.30, petugas PLN kembali mendatangi wisma pemain PSIM untuk memutus aliran listrik tersebut sekaligus membongkar meteran listrik dan membawanya ke kantor PLN. ”Ini untuk mencegah penyambungan ilegal kembali terjadi. Kalau sudah begini, arus kembali disalurkan, itu berarti merugikan kami, dan kami pun bisa mengambil tindakan atasnya,” ucapnya.

Manajer PSIM Aji Sutarto, tidak memberikan pernyataan apapun terkait dengan diputusnya aliran listrik tersebut. Lagi-lagi, dirinya hanya memberikan janji untuk segera menyelesaikan tunggakan tagihan rekening listrik tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya