SOLOPOS.COM - Solopos Talkshow Virtual Haornas dengan tema, “Tantangan Pembinaan Prestasi Olahraga Disabilitas”, Rabu (29/9/2021) malam. (Tangkapan layar-Youtube SoloposTV)

Solopos.com, SOLO – Pemerintah saat ini sedang menyiapkan grand desain olahraga, tidak hanya untuk atlet biasa namun juga atlet disabilitas. Diharapkan grand desain ini bisa semakin menambah jumlah atlet disabilitas dan prestasinya di kancah internasional.

“Pemerintah memang sedang menyiapkan grand desain. Bahkan Presiden Joko Widodo [Jokowi] memberi perhatian khusus terutama untuk atlet disabilitas. Yakni dengan membentuk sport center khusus disabilitas,” jelas Deputi Pembudayaan Olahraga Kemenpora, Raden Isnanta mewakili Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali saat Solopos Virtual Talkshow Haornas, “Tantangan Pembinaan Prestasi Olahraga Disabilitas”, Rabu (29/9/2021) malam.

Promosi Moncernya Industri Gaming, Indonesia Juara Asia dan Libas Kejuaraan Dunia

Talkshow yang disiarkan langsung di kanal Youtube Solopos TV, Facebook Solopos.com, dan Instagram @koransolopos ini juga dihadiri sejumlah narasumber lainnya secara virtual. Seperti Atlet peraih emas di Paralimpiade Tokyo Jepang, Hary Susanto dan Leani Ratri Oktila.

Juga Ketua National Paralympic Committee (NPC) Indonesia, Senny Marbun, Staf Khusus Presiden Bidang Sosial, Angkie Yudistia. Serta Kepala Dinas Kepemudaan dan Olahraga Kota Solo, Joni Hari Sumantri mewakili Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka.

Baca juga: Praveen/Melati Menang, Indonesia Bekuk Denmark di Piala Sudirman 2021

Menurut Raden Isnanta, pembahasan grand desain olahraga ini akan dilaksanakan setelah PON di Papua. Pembicaraan mengenai lokasi, lahan, sumberdaya lain akan dikaji dengan duduk bersama. Sehingga jumlah atlet disabilitas nantinya bisa bertambah, tidak hanya 25. Tentu ini butuh pembinaan sumber daya manusia (SDM) dan fasilitas.

“Apalagi pemerintah memberikan penghargaan yang sepadan untuk atlet disabilitas. Semoga ini menjadi inspirasi bagi mereka [penyandang disabilitas] untuk bangkit ikut menjadi atlit yang top dan mendunia,” kata Raden Isnanta dalam diskusi yang dipandu Presiden Direktur Solopos Media Group (SMG), Arif Budisusilo.

Menurut Staf Khusus Presiden Bidang Sosial, Angkie Yudistia, pemerintah telah membuat tujuh peraturan pemerintah dan dua peraturan presiden untuk memfasilitasi disabilitas. Termasuk di dalamnya atlet disabilitas dan penghargaannya.

“Apalagi di Indonesia berdasar data dari Badan Pusat Statistik [BPS] ada sekitar 38 juta jiwa penyandang disablitas. Sehingga tidak bisa ditangani sendiri, perlu kolaborasi lintas sektoral. Pemerintah dalam hal ini Presiden Jokowi sangat memberi kesempatan para difabel untuk meraih prestasi,” jelas Angkie Yudistia.

Baca juga: PON XX Papua: Sepak Bola Putra Jateng Ditahan Imbang Sumut

Lonjakan Luar Biasa Atlet Disabilitas

Sementara menurut Senny Marbun, lonjakan luar biasa diraih atlet disabilitas dalam Paralimpiade di Tokyo Jepang. Di mana semula ditarget peringkat 60 ternyata mampu menduduki urutan 43. Ini berkat raihan dua emas, tiga medali perak, dan empat perunggu dari 23 atlet yang berlaga.

“Keberhasilan ini tidak terlepas dari dukungan masyarakat Indonesia dan pemerintah. Di mana Menpora memberikan ruang gerak seluas-luasnya agar atlet disabilitas bisa meraih prestasi. Ini dibuktikan dengan 23 kuota di Paralimpiade,” jelas Senny Marbun.

Memang saat ini masih ada kendala, lanjut Senny ketika ada atlet disabilitas di daerah namun pemerintah daerahnya tidak mendukung. Termasuk juga masih adanya orang tua yang sembunyikan anak mereka karena cacat dan tidak tahu prestasi olahraga.

“NPC memang terlambat mendapat dukungan pemerintah ketika masih di bawah KONI. Namun ketika Menpora Andi Mallarangeng, berpisah dengan KONI mulai terlihat prestasi atlet-atlet disabilitas, hingga saat ini di era pemerintahan Presiden Jokowi,” ujarnya.

Baca juga: Sukses di Tokyo, Indonesia Targetkan 3 Emas di Paralimpiade Paris 2024

Sementara pasangan ganda campuran peraih emas dari cabang bulutangkis, Hary Susanto dan Leani Ratri Oktila menceritakan perjuangan mereka saat pemusatan latihan di Solo. Di mana dukungan semua pihak dan Kota Solo yang ramah difabel mampu memompa semangat mereka.

“Apa yang kami dapatkan berupa keramahan di Kota Solo dan dukungan semua pihak, pemerintah pusat, Pemkot Solo, NPC, dan masyarakat menjadi suport bagi kami untuk mampu berprestasi di Paralimpiade,” ujar Ratri dan Hary.

Joni Hari Sumantri mengatakan bahwa Kota Solo ikut bangga dengan prestasi di Paralimpiade. Karena tidak sekadar menjadi tempat pemusatan latihan tapi bisa mendukung atlet-atlet disabilitas berprestasi di Paralimpiade Tokyo.

Baca juga: Deretan Fasilitas Mewah Stadion Manahan Solo yang Jadi Venue Liga 1

Menurut Joni memang sejak awal Kota Solo desain tata ruangnya ramah difabel, mulai dari jalan hingga bangunan yang ada. Termasuk rumah sakit, perguruan tinggi, serta pusat pelatihan dan pembinaan untuk disablitas.

Sehingga NPC Indonesia pun memiliki kantor di Stadion Sriwedari Solo. Namun demikian bukan berarti semua berjalan mulus tidak ada tantangnya. Menurut Joni tetap ada tantangan dalam pengembangan atlet disabilitas.

“Sebagai kota yang ditunjuk sebagai lokasi pemusatan latihan, Solo belum memperoleh secara detail desain untuk pengembangan atlet disabilitas dari pusat. Hal ini agar Pemkot Solo bisa memadukannya dalam perencanaan. Selama ini hanya sporadic. Semoga ada detail desan untuk pengembangan atlet disabilitas,” ujarnya.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya