SOLOPOS.COM - Ribuan anggota Pasoepati melakukan konvoi saat memperingati hari ulang tahunnya yang ke-15, Senin (9/2/2015). Konvoi tersebut mengambil rute Stadion Manahan, Jl Adi Sucipto, Jl Prof Dr Suharso, Jl Slamet Riyadi, dan berakhir di Stadion Sriwedari. (Sunaryo HB/JIBI/Solopos)

HUT Pasoepati diperingati Senin (9/2/2015). Memasuki usia 15 tahun komunitas suporter Solo itu.

Solopos.com, SOLO — Pasukan Suporter Solo Paling Sejati (Pasoepati) merayakan ulang tahun ke 15 pada Senin (9/2/2015). Beberapa polisi tampak berjaga-jaga di halaman Stadion Sriwedari, Solo, Senin (9/2) siang. Sambil mondar-mandir, polisi itu intens mendengarkan handy talkie yang mereka bawa.

Promosi Pramudya Kusumawardana Bukti Kejamnya Netizen Indonesia

Penjagaan polisi di Stadion Sriwedari pada siang hari ini bukanlah sesuatu yang jamak. Maklum selama ini stadion yang menjadi Monumen PON I itu merupakan kawasan yang kondusif dan sering menjadi tongkrongan anak-anak muda di waktu senggang.

Namun, Senin siang itu pihak keamanan memang sengaja melakukan penjagaan ketat. Sebab siang itu Stadion Sriwedari menjadi tempat perayaan HUT ke-15 kelompok suporter Persis, Pasoepati.

Bagi pihak keamanan, Pasoepati memang bukan kelompok liar yang harus dilakukan pengawalan ketat. Namun dengan pengerahan masa yang banyak, wajar jika pihak kepolisian pun melakukan pengamanan untuk menjaga ketertiban.

Terlebih selama ini Pasoepati memiliki rekam jejak tidak terlalu bersih. Berbagai gesekan selama setahun terakhir sering mewarnai perjalanan Pasoepati. Gesekan itu mulai dari keributan di Stadion Galuh, Ciamis, saat Pasoepati mendukung Persis melakoni laga melawan PSGC, medio September lalu.

Kasus terakhir adalah saat terlibat bentrokan dengan aparat keamanan di Stadion Manahan, 22 Oktober lalu, ketika Laskar Sambernyawa menjamu Martapura FC. Bahkan dalam bentrokan yang terakhir itu satu suporter tewas.

Pasoepati tentu tak ingin kejadian buruk itu kembali terulang lagi. Mereka siap berbenah untuk menjadi suporter yang lebih dewasa dan profesional. Wakil Presiden Pasoepati, Ginda Ferrachtriawan, mengatakan untuk menjadi suporter yang lebih dewasa dan profesional ada beberapa hal yang perlu dilakukan, mulai dari mengukuhkan eksistensi, mendata para anggota, hingga melegalkan kelompoknya berbadan hukum.

“Ketiga hal ini harus kami wujudkan tahun ini. Untuk eksistensi kami mewujudkan dengan membuat kantor sekretariat, sedangkan untuk mendata anggota kami akan membuatkan KTA [kartu tanda anggota]. Semoga KTA ini bisa terealisasi tahun ini,” ujar Ginda saat berbincang dengan wartawan di sela-sela perayaan HUT ke-15 Pasoepati di Stadion Sriwedari, kemarin.

Ginda menambahkan KTA sangat penting bagi Pasoepati. Dengan adanya KTA, setiap aksi yang dilakukan para anggotanya bisa termonitor. “Dengan adanya KTA, jika suatu saat timbul permasalahan di lapangan akan ketahuan siapa yang harus bertanggung jawab,” imbuh Ginda.

Namun evaluasi tak hanya dilakukan Pasoepati di tubuh internal mereka. Pada usia ke-15, Pasoepati juga berharap manajemen tim Persis lebih profesional. Saat ini, manajemen Persis belum bisa dikatakan profesional. Hal ini menyusul belum adanya badan hukum yang menaungi tim berjuluk Laskar Sambernyawa tersebut.

“Kami berharap di usia ke-15 tahun ini bukan hanya Pasoepati yang berbenah. Manajemen Persis juga berbenah mewujudkan profesionalismenya,” ujar salah satu sesepuh Pasoepati, Prapto Koting. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya