JCI Chapter Solo memiliki mimpi untuk membawa anggota menonton langsung Juventus di Turin.
Solopos.com, SOLO – Menonton pertandingan langsung dari stadion klub kesayangan jelas menjadi impian para suporter tim sepak bola. Atmosfer laga bakal lebih terasa dibanding hanya nonton bareng (nonbar) atau menyimak siaran televisi di rumah.
Promosi Tragedi Bintaro 1987, Musibah Memilukan yang Memicu Proyek Rel Ganda 2 Dekade
Namun jarak geografis yang jauh, terutama bagi fans klub-klub Eropa, tak jarang membuat harapan hanya menjadi angan-angan. Kondisi itu juga dirasakan para awak Juventus Club Indonesia (JCI) Chapter Solo, kelompok suporter Juventus yang berada di Kota Bengawan.
Hampir delapan tahun berdiri, belum ada anggota yang berkesempatan “beribadah haji” ke Delle Alpi (stadion lama Juve) maupun stadion baru Juventus Stadium. Ibadah haji jamak menjadi istilah di kalangan kelompok suporter yang artinya berangkat ke stadion klub pujaan di luar negeri.
“Dari sekitar 500 fans Juve yang terdaftar di JCI, belum ada yang pernah ke Turin [kota kandang Juventus],” ujar Ketua JCI Solo, Bayu Tria Firwansyah Putra, saat ditemui Solopos.com di sekretariat JCI di bilangan Pajang, Laweyan, Selasa (25/10/2016).
Musim ini Bayu dkk. mulai bergerak untuk mewujudkan impian Juventini di Solo. Beberapa kali Bayu telah menggali informasi pada tour guide sepak bola yang biasa membawa fans ke Turin. Setelah dihitung-hitung, butuh biaya sekitar Rp20-25 juta untuk “beribadah haji” ke markas Bianconeri di Juventus Stadium. “Itu sudah termasuk akomodasi,” tutur lelaki berkacamata ini.
Bayu pun berencana menghubungi JCI pusat untuk mempermudah fans di Solo menonton langsung laga Juve di Negeri Piza. Dia menargetkan setidaknya ada 10 perwakilan JCI Solo yang terbang ke Turin musim depan. “Meski mungkin tidak bisa membantu dana, paling tidak JCI bisa memudahkan akses informasi dan keperluan lain seperti Visa,” kata Bayu yang pernah ke London menyaksikan laga Chelsea melawan Leicester.
Selama ini loyalitas JCI mendukung klub kesayangan tidak diragukan. Meski Juve pernah terdegradasi ke Seri B tahun 2006, anggota tetap rutin menonton match via streaming. Tahun ini awak JCI kembali melakoni “streaming-an” lantaran tidak ada televisi yang menyiarkan Seri A. JCI biasa nonbar di kafe di bilangan Ketelan.
“Suka duka streaming-an itu banyak. Sering kami lihat di website pemain Juve sudah ngegolin, eh di streaming belum. Selain agak lambat, kualitas gambar streaming jelas tak sebagus siaran televisi. Namun ya tetap kami jalani karena telanjur cinta mati,” ujar Sekjen JCI Solo, Rahmad Setiabudi.