Sport
Selasa, 1 Juni 2010 - 11:08 WIB

Jepang jalan kaki ke Bulan

Redaksi Solopos.com  /  Arif Fajar Setiadi  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

TOKYO–Target semifinal yang dicanangkan pelatih Timnas Jepang, Takeshi Okada, diibaratkan seperti memerintahkan pemain berjalan kaki ke Bulan. Samurai Biru, julukan Timnas Jepang, dituntut membuktikan target itu adalah sesuatu yang realistis.

Target tinggi diusung Jepang di Afrika Selatan, semifinal. Disebut tinggi, karena Negeri Bunga Sakura belum punya sejarah bisa melangkah sejauh itu di Piala Dunia. Hasil tertinggi yang mereka raih adalah 16 besar di Piala Dunia 2002. Target itu memang bisa untuk membangkitkan semangat. Tapi sasaran yang ditetapkan kini bisa menjadi salah satu bahan olokan bagi Jepang.

Advertisement

“Target Okada merupakan lelucon yang buruk. Ini bagaikan memerintahkan para pemain berjalan kaki ke Bulan. Apa yang diperlukan adalah sasaran yang realistis dan spesifik, yang bisa membuat suporter tertarik dan menginspirasi pemain untuk berjuang lebih keras,” ujar pengamat sepakbola Jepang, Tatsuhito Kaneko.

Olok-olok itu memang sejalan dengan fakta sejauh ini. Hasil laga uji coba yang dilakoni Yuji Nakazawa dkk sejauh ini buruk. Mereka kalah dari Korea Selatan, Serbia, dan yang teraktual dipencundangi Inggris 1-2.

Kekalahan dari Three Lions, julukan Timnas Inggris, menjadikan kekalahan keempat dari total sembilan laga (baik itu partai resmi maupun persahabatan) yang sudah dilakoni tim Asia Timur tersebut.

Advertisement

Sedangkan jumlah kemenangan yang mereka bukukan hanya tiga, itu pun dari negara-negara yang kekuatan sepak bolanya jauh di bawah Nippon yakni Hong Kong, Yaman dan Bahrain.
Meski begitu, hasil saat melawan Inggris memberikan kepercayaan diri bagi Jepang. “Kami menunjukkan bahwa kami bisa memainkan permainan kami ketika menghadapi tim-tim terbaik dunia,” ujar bek Marcus Tulio Tanaka, seperti dikutip The Daily Yomiuri.

Tulio, pemain tengah Timnas Jepang, adalah satu dari sederetan pemain keturunan Brazil yang memilih meninggalkan negaranya yang bertabur pemain bintang untuk bisa tampil di Piala Dunia. Di tengah kesangsian berbagai pihak, Tulio menegaskan semangat Samurai sudah mengalir dalam darahnya.

Tulio mendapat kewarganegaraan Jepang pada 2003. Dia menjadi pemain ketiga kelahiran Brazil yang membela Jepang di Piala Duia, menyusul Wagner Lopes yang tampil di Piala Dunia 1998, serta Allesandro Santos di Piala Dunia 2002 dan 2006.

Advertisement

Berbeda dengan pemain lain yang benar-benar tulen keturunan Brazil, Tulio adalah pemain yang masih punya darah campuran Jepang karena kakeknya adalah keturunan Jepang. Selain Tulio, pemain kelahiran Brazil yang sekarang membela negara lain adalah Deco (Portugal), Marcos Senna (Spanyol) dan Cacau (Jerman).

Tulio mengakui sewaktu masih anak-anak, ia tidak pernah membayangkan bakal membela Jepang, negara yang ditinggalkan oleh kakek dan neneknya yang pindah ke Brazil untuk mencari kehidupan lebih baik.

Ia masih ingat ketika sang kakek, Yoshiyuki, yang berimigrasi ke Brazil pada usia 11 tahun, meninggal dunia tahun lalu pada usia 92 tahun, pernah meninggalkan pesan, “Kita tidak akan pernah merusak kebanggaan Jepang di Brazil…”

Di Brazil, Yoshiyuki memiliki perkebunan kopi. “Tidak ada kata lain sekarang, saya harus membayar kakek saya yang menjadi pelopor di Brazil,” kata pemain berusia 29 tahun yang kini membela klub Nagoya Grampus itu.

Dengan ciri khas rambut hitam gondrong serta teriakan kencang di lapangan, Tulio telah menjadi kebanggaan sekitar 1,3 juta komunitas Jepang di Brazil. Dia memiliki kualitas pemain yang jarang dimiliki oleh pada umumnya pemain Samurai Biru.

“Saya memiliki senjata yang tidak tertandingi,” kata Tulio mengomentari kemampuannya dalam sundulan saat bertarung di udara, serta semangat juangnya yang menyala-nyala.

Tulio sudah menyumbang tujuh gol dalam 37 pertandingan bersama Timnas Jepang sejak 2006. Tapi ironisnya, ia tidak dipilih masuk tim Piala Dunia oleh pelatih Zico, meski pada 2006 ia justru terpilih sebagai pemain terbaik Liga Jepang.

Kualitas permainannya yang haus gol sangat dibutuhkan oleh Jepang, mantan juara Asia, ketika berhadapan dengan Belanda, Kamerun dan Denmark pada pertandingan penyisihan Grup E Piala Dunia 2010.

“Semua orang sudah mengakui potensi mencetak gol yang dimiliki Tulio,” kata pelatih Takeshi Okada. Tapi Okada meminta Tulio mencontoh Lucio, pemain Brazil dan Inter Milan yang juga siap bertarung habis-habisan di barisan pertahanan.

Dalam beberapa pertandingan, Tulio harus bertanggung jawab atas kebobolan gol ke gawang Jepang gara-gara bergerak terlalu lamban saat kembali ke barisan bertahan setelah ikut menyerang.

Cedera paha yang kembali mendera, serta gaya bicaranya yang ceplos ceplos, justru sering menjadi kerikil dalam perjalanan kariernya. Beristrikan seorang perempuan keturunan Italia, Tulio dilahirkan di daerah pinggiran Palmeira d’Oeste di Sao Paolo, Brazil.

Ia datang ke Jepang saat berusia 16 tahun pada 1998, setelah sebelumnya ia menarik perhatian pencari bakat di sebuah sekolah di dekat Tokyo. Setelah mengawali debut bersama klub Liga Jepang Sanfrecce Hiroshima pada 2001, Tulio pindah ke Urawa Red Diamonds pada 2004, dan ikut mengantar klub kaya itu ke tangga juara Liga Champions Asia 2007.

Sejak Januari lalu, ia bergabung dengan Nagoya. Tulio masih sibuk belajar bahasa Jepang sepanjang Piala Dunia 1998, ketika Jepang untuk kali pertama lolos ke putaran final kompetisi sepak bola empat tahunan itu.

Ketika Jepang dan Korea Selatan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2002, Tulio dan keluarganya lebih banyak menyaksikan pertandingan melalui televisi. “Saya merasa seolah-olah seluruh badan saya dialiri arus listrik,” katanya mengenai reaksinya saat mendengar lagu kebangsaan Jepang diperdengarkan di Piala Dunia 2002.

Sekarang, Tulio mulai bermimpi untuk berjuang membela negara barunya di Piala Dunia. “Jika Jepang juara, tentu akan mengecewakan Brazil. Saya ingin bertanya kepada ayah dan ibu saya, negara mana yang akan mereka bela. Tapi, saya sangat serius dengan keinginan saya untuk mengalahkan Timnasim Brazil,” pungkasnya.

JIBI/SOLOPOS/dtc/Ant

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif