SOLOPOS.COM - Pemain Timnas Garuda saat tiba di Indonesia beberapa waktu lalu (IST)

Arif Wahyu/JIBI/Harian Jogja

Pemain Timnas Garuda saat tiba di Indonesia beberapa waktu lalu (IST)

Promosi Santri Tewas Bukan Sepele, Negara Belum Hadir di Pesantren

Bingung dan malu. Perasaan itu makin menghanyuti kapten Persiba Bantul, Wahyu Wijiastanto, ketika mengetahui pesawat yang ditumpanginya segera mendarat di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, Jumat (2/3) petang pekan lalu.

Sama sekali tak ada suatu kebahagiaan tersirat meski dirinya beserta rekan-rekan Timnas Indonesia hendak menginjakkan kembali kakinya di Tanah Air. Penggawa Timnas hanya bisa terdiam untuk memikirkan bagaimana cara menghadapi tekanan dari publik sepak bola Tanah Air setelah semua orang tahu misi yang mereka emban benar-benar gagal total.

“Tak ada suasana riuh di dalam pesawat meski kami tahu sudah berada di atas Jakarta. Justru sebaliknya kami merasa takut karena kami tahu benar tentu banyak media yang sudah menunggu kedatangan kami,” ujar best player Divisi Utama 2010/2011 itu ketika dijumpai di rumahnya di kawasan Karanganyar, Jawa Tengah, Minggu (4/3).

Menurut Tanto, hanya satu yang dipikirkan dirinya bersama rekan-rekan yang lain. Pikiran yang terlintas hanyalah bagaimana menyembunyikan rasa malu saat keluar dari pesawat nantinya meski sebelum bertolak ke Bahrain tim asuhan Aji Santoso itu sudah berbekal siap menanggung malu.

Namun, tak pernah terbayang sebelumnya jika kekalahan yang diderita akan sebesar itu sehingga seolah melacurkan nama Indonesia di kancah sepak bola internasional. Prediksi kalah memang sudah pasti terjadi tapi skor setelak itu juga sangat memukul bagi mereka.

“Kami berangkat ke Bahrain dengan satu keyakinan, yakni tetap semangat meski dengan skuat yang bisa dikatakan seadanya dan dengan persiapan yang sangat mepet. Ketika di sana kami ternyata mesti melawan ketangguhan Bahrain dan kecurangan wasit. Jujur, kami benar-benar malu dengan hasil seperti ini,” tegas Tanto, sapaan akrabnya.

Suasana tegang menjadi ketika pesawat benar-benar sudah berhenti di bandara. Kekhawatiran yang mereka pikirkan sewaktu masih di dalam pesawat jadi kenyataan. Penggawa Timnas sudah ditunggu puluhan awak media.

Rasa lemas pun tak bisa terhindarkan ketika sejumlah media mulai mendekat. Tanto bingung mesti memberikan pernyataan apa kepada media sementara semua orang di Indonesia sudah mengetahui catatan buruk yang mereka torehkan.

Penggawa Timnas pun sempat berpikir jika semua orang yang berada di bandara sedang memperhatikan mereka meski mereka tak mampu membaca pikiran orang-orang di sekeliling bandara itu.

“Kami malah berpikir sampai sejauh itu. Akhirnya karena kami tak kuat dengan kondisi itu kaos yang kami kenakan pun kami pakai untuk menutupi wajah kami. Kenyataan yang sebenarnya memang kami benar-benar malu dan tak ada pilihan lain selain itu,” tutur Tanto dengan nada berat.

Tanto beranjak cepat meninggalkan sorotan kamera yang berkali-kali menjepret ke arahnya tanpa memberikan satu pernyataan apapun. Perasaan bingung mesti berkomentar apa membuatnya memilih lekas meninggalkan media-media itu tanpa satu pernyataan apapun.(ali)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya