SOLOPOS.COM - Dejan/Gloria sukses mengandaskan perlawanan pasangan Inggris, Marcus Ellis/Lauren Smith, melalui rubber game ketat 21-11, 19-21, 21-19, di Malaysia Open 2024, Rabu (10/1/2024). (pbsi.id)

Solopos.com, BIRMINGHAM — Dua wakil Indonesia merespons berbeda kekalahan atas lawan-lawan mereka di babak perempatfinal All England Open 2024, Jumat (15/3/2024).

Ganda campuran Indonesia Dejan Ferdinansyah/Gloria Emanuelle Widjaja mengaku puas dengan performa mereka kendati kalah dari peringkat satu dunia asal China, Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong.

Promosi Berteman dengan Merapi yang Tak Pernah Berhenti Bergemuruh

Sementara itu tunggal putri Gregoria Mariska Tunjung menyesali kekalahan kontroversial atas wakil Jepang Akane Yamaguchi.

Dalam pertandingan yang dimainkan di Utilita Arena Birmingham, Inggris, Jumat, Dejan/Gloria kalah dengan skor 11-21, 19-21.

Dejan mengaku puas dengan permainannya dengan Gloria karena mampu menampilkan permainan lebih baik di gim kedua dari apa yang terjadi di gim pertama ketika kalah cukup telak.

“Alhamdulillah dengan pertandingan hari ini, maksudnya secara performa keseluruhan kami merasa sudah bermain cukup ok. Memang di gim pertama kami tertinggal lebih jauh karena ada kesalahan penerapan strategi tapi di gim kedua kami coba banyak menyerang dan itu membuat kami mencetak banyak poin,” kata Dejan, dikutip Solopos.com dari laman resmi PBSI.

Rasa puas juga dikatakan Dejan setelah di turnamen BWF World Tour Super 1000 ini, ia dan Gloria dapat mencapai babak tertinggi dari tur Eropa.

Sebelumnya mereka hanya mencapai babak 32 besar di German Open dan babak 16 besar di French Open.

“Kami selalu mengevaluasi di setiap turnamennya, ini turnamen ketiga kami di tur Eropa dan kami merasa kami ada peningkatan yang baik,” ucapnya.

Sementara itu Gregoria Mariska Tunjung menyesali kekalahan yang cukup kontroversial pada babak perempat final All England Open 2024, Jumat.

Gregoria kalah melalui rubber game ketat dari unggulan keempat asal Jepang Akane Yamaguchi 10-21, 22-20, 18-21.

Gregoria mengeluhkan adanya flashlight dari bangku penonton pada saat skor 18-20 di gim pamungkas.

“Di poin terakhir tadi, saat saya servis ada flash kamera yang menyala di depan saya dan itu cukup mengganggu,” ungkap Gregoria.

“Saya refleks saja untuk menghentikan pertandingan tapi sayangnya umpire memutuskan pertandingan selesai karena mungkin dia tidak melihat kejadiannya. Itu cukup mengganjal di hati saya,” ujarnya.

Unggulan ketujuh itu mengatakan berusaha menanyakan kepada wasit dan hakim garis (umpire dan referee) terkait keputusan tersebut.

“Agar saya bisa mendapat jawaban yang jelas atas kejadian tadi. Terlepas dari itu, hasil sudah final dan saya harus terima,” ujar Gregoria.

Mengenai jalannya pertandingan, tunggal putri peringkat tujuh dunia itu mengakui bahwa pada gim pertama, ia kurang tampil percaya diri dan solid.

Namun Gregoria mencoba untuk bangkit kembali di gim kedua, tepatnya saat momen krusial di poin-poin tua.

“Di gim kedua saya bisa berusaha untuk mengambil keunggulan walau sempat tertinggal 18-20,” kata Gregoria.

“Ini menjadi catatan saya agar seharusnya saya bisa langsung in di gim pertama, tertinggal begitu jauh dengan 11 poin beruntun hilang karena kebanyakan melakukan kesalahan sendiri memang sangat merugikan,” ujarnya.

Pada gim terakhir, Gregoria pun sempat terlibat dengan adu reli dan serangan dengan Yamaguchi, bahkan sempat memimpin kedudukan.

Namun kemudian lawan memilih untuk bermain sabar dan aman.

“Gim ketiga, saya sudah sempat unggul tapi Akane coba mengubah permainan dengan lebih bermain safe. Dia hanya menunggu saya menyerang lalu mencari celah untuk melakukan serangan balik dan itu membuat saya menjadi ragu-ragu,” kata Gregoria.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya