SOLOPOS.COM - Eks kiper Persija Jakarta, Galih Sudaryono, berpose di dekat mainan odong-odong miliknya yang disewakan di Sunday Market kompleks Stadion Manahan, Solo, Minggu (26/7/2015). (Imam Yudha/JIBI/Solopos)

Karier pemain eks kiper Persija kini menyewakan odong-odong, menyusul mandeknya kompetisi sepak bola di Tanah Air.

Solopos.com, SOLO — Eks kiper Persija Jakarta dan Pusamania Borneo FC, Galih Sudaryono, kini menyewakan odong-odong di Stadion Manahan Solo.

Promosi Sejarah KA: Dibangun Belanda, Dibongkar Jepang, Nyaman di Era Ignasius Jonan

Hal itu dilakukan menyusul vakumnya kompetisi buntut pembekuan PSSI oleh Menpora, Imam Nahrawi, medio April lalu.

Alhasil banyak pemain yang memutuskan untuk beralih pekerja, salah satunya adalah Galih Sudaryono. Eks kiper Persija Jakarta dan Pusamania Borneo FC itu memutuskan untuk menyandarkan hidupnya sebagai penjaga mainan odong-odong.

Setiap Minggu, pemain berusia 28 tahun itu menyewakan mainan odong-odong dan kereta mini di kawasan Sunday Market kompleks Stadion Manahan, Solo. Profesi baru ini sudah dijalani Galih sejak kompetisi dihentikan atau sekitar dua bulan yang lalu.

Hla mau apa lagi? Sebagai pemain kami tetap harus berusaha memenuhi kebutuhan. Mau tidak mau harus mencari penghasilan dari tempat lain. Apa saja yang penting halal,” ujar Galih saat dijumpai Solopos.com di Sunday Market kompleks Stadion Manahan, Solo, Minggu (26/7/2015).

Lapangan Sepak Bola

Galih mengaku awal-awal menjadi penyewa mainan odong-odong batinnya sempat bergejolak. Terlebih lagi saat membuka stand di sebuah pasar malam yang terletak di sebuah lapangan sepak bola di kawasan Sumberlawang, Sragen, beberapa waktu.

“Awalnya sih sempat minder. Apalagi saat itu harus buka stand di lapangan sepak bola. Batin sempat bergejolak. Kalau biasanya di lapangan meneriaki rekan-rekan setim, kini harus meneriaki pengunjung untuk menawarkan odong-odong,” tutur pria yang berdomisili di Perumnas Palur, Karanganyar, itu.

Galih menambahkan, sebenarnya sempat mendapat tawaran dari beberapa klub, termasuk Persis Solo, untuk kembali bermain di kancah Piala Kemerdekaan. Namun, tawaran itu ia tolak karena takut akan sanksi dari PSSI.

Ketakutannya itu tak terlepas dari ancaman PSSI yang akan memberikan sanksi bagi pemain maupun klub yang mengikuti Piala Kemerdekaan bentukan Kemenpora.

“Kisruh sepak bola di Tanah Air sampai sekarang belum selesai. Daripada tidak jelas, lebih baik saya berhenti dulu. Tunggu kemelut PSSI versus Menpora selesai dulu saja, baru saya main lagi,” imbuh suami Lia Dwitamawati dan ayah dari Shely Marela itu.

Dua bulan menjadi penjaga mainan odong-odong, Galih mengaku banyak hikmah yang didapat. Ia menjadi lebih sabar, tak mudah putus asa dan juga memperoleh banyak teman. Temannya kali ini tak hanya para pelaku sepak bola, tapi juga masyarakat menengah ke bawah yang menyandarkan hidupnya dari berjualan di pasar-pasar tiban.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya