SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, KAIRO — Kalah dari berbagai aspek, kecuali soal keberuntungan. Kesimpulan itu agaknya bisa diambil dari nasib tragis Senegal saat dilipat Aljazair dengan skor 0-1 dalam final Piala Afrika 2019 di Stadion Internasional Kairo, Sabtu (20/7/2019) dini hari WIB.

Tim berjuluk Singa Teranga itu harus kembali melupakan mimpi mengangkat trofi Piala Afrika lantaran kebobolan dari satu-satunya peluang Aljazair di laga pamungkas tersebut. Gol Baghdad Bounedjah via tembakan dari luar kotak penalti di menit kedua menjadi pembeda laga sekaligus mengantar Aljazair meraih gelar Piala Afrika kedua sepanjang sejarah tim.

Promosi Alarm Bahaya Partai Hijau di Pemilu 2024

Sebelumnya Rubah Gurun, julukan Aljazair, menjuarai turnamen saat menjadi tuan rumah tahun 1990. Kekalahan itu jelas menyakitkan bagi Senegal mengingat mereka sejatinya tampil lebih baik. Dilansir Whoscored, Henri Saivet dkk. mencatat penguasaan bola hingga 64%.

Saking agresifnya Senegal, hampir semua pemain Aljazair berada di sepertiga akhir pertahanan terutama di babak kedua. Senegal juga memiliki sembilan peluang, berbanding satu peluang yang dicatat Aljazair. Namun Dewi Fortuna enggan mendekati Singa Teranga setelah sejumlah peluang gagal menemui titik sasaran.

Setelah itu, deretan peluang lewat Youssouf Sabaly, Ismaila Sarr hingga Mbaye Niang juga gagal merobek gawang Aljazair yang dijaga Rais M’bolhi. Striker Senegal, Sadio Mane, tak berkontribusi optimal lantaran penjagaan berlapis dari Rubah Gurun.

“Kami bermain bagus dan memiliki sejumlah peluang. Namun kami gagal menemukan solusi untuk menembus benteng yang tebal,” ucap Pelatih Senegal, Aliou Cisse, dilansir The Guardian, Sabtu.

Ini kali kedua Senegal harus terkapar di final Piala Afrika. Tahun 2002, Senegal yang masih diperkuat Aliou Cisse sebagai kapten dibekuk Kamerun lewat adu penalti. Bagi Aljazair, gelar perdana setelah 29 tahun itu disambut gegap gempita suporter mereka dari penjuru dunia. Selain di Kairo, pendukung di Algiers (Ibu Kota Aljazair), Paris (Prancis) hingga Gaza (Palestina) ikut merayakan kemenangan Riyad Mahrez dkk.

Tangan dingin Djamel Belmadi yang baru ditunjuk sebagai pelatih Agustus 2018 disebut menjadi salah satu faktor penting kesuksesan tim. Sejak diasuhnya, Rubah Gurun hanya menelan satu kekalahan dari 16 pertandingan. Aljazair bahkan selalu menang dalam delapan laga terakhirnya.

“Tanpa pemain saya bukan apa-apa, mereka adalah yang utama. Saya kira staf memainkan perannya dalam memandu para pemain, tetapi mereka menerapkan instruksi dengan sangat baik,” ujar Belmadi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya