Sport
Selasa, 9 Februari 2021 - 19:45 WIB

Kilas Balik Lahirnya Pasoepati, Berawal dari Surat Pembaca di Solopos

Chrisna Chaniscara  /  Ahmad Baihaqi  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Presiden Pasoepati, Maryadi Gondrong (kiri) menyerahkan tumpeng dalam perayaan HUT ke-21 Pasoepati pada salah satu pendiri organisasi, Mayor Haristanto (kanan) di Museum Titik Nol Pasoepati, Selasa (9/2/2021). (Solopos/Chrisna Chanis Cara)

Solopos.com, SOLO – “Saya kepingin kontak tukar gagasan dengan para koordinator fans Pelita Solo. Siapa berminat?.” Ajakan Mayor Haristanto itu dimuat dalam rubrik “Dari Pinggir Lapangan” Koran Solopos edisi 27 Januari 2000. Surat pembaca itu dikirim Mayor setelah melihat antusiasnya warga Solo dalam mendukung klub pendatang asal Jakarta, Pelita.

Spanduk besar bertuliskan Laskar Pasopati, julukan Pelita Solo, terbentang di penjuru Stadion Manahan saat mereka menjamu Persma Manado, 20 Januari 2000. Itu menjadi laga kandang pertama Pelita saat bermarkas di Kota Bengawan. “Seusai pertandingan, beberapa suporter bahkan tak segan melakukan victory laps mengitari lapangan,” kenang Mayor saat berbincang dengan Solopos.com, Selasa (9/2/2021).

Advertisement

Baca Juga: Hujan Deras dan Pompa Tak Optimal Jadi Biang Kerok Banjir Parah di Semarang

Gayung bersambut. Pada 9 Februari 2000, sekitar 20 orang memenuhi undangan Mayor untuk berdiskusi di Griya Reka Grupe Mayor, Jl. Kolonel Sugiyono No.37 Solo (sekarang menjadi Museum Titik Nol Pasoepati). Nama-nama seperti Bimo Putranto, Mashadi Pete, Maeda Daneswara hingga Aulia Haryo Suryo ikut hadir. Dalam perbincangan selama dua jam, muncul kesepakatan membuat wadah suporter Pelita Solo bernama Pasoepati.

Advertisement

Gayung bersambut. Pada 9 Februari 2000, sekitar 20 orang memenuhi undangan Mayor untuk berdiskusi di Griya Reka Grupe Mayor, Jl. Kolonel Sugiyono No.37 Solo (sekarang menjadi Museum Titik Nol Pasoepati). Nama-nama seperti Bimo Putranto, Mashadi Pete, Maeda Daneswara hingga Aulia Haryo Suryo ikut hadir. Dalam perbincangan selama dua jam, muncul kesepakatan membuat wadah suporter Pelita Solo bernama Pasoepati.

Nama yang sangat njawani itu merupakan usulan wartawan olahraga Solopos yang kini menjadi Direktur Bisnis Solopos, Suwarmin. Awalnya, Suwarmin mengusulkan Pasopati yang merupakan kependekan dari Pasukan Suporter Pelita Sejati. Bimo dan Mayor kemudian menambahkan kata “e” di tengah menjadi Pasoepati.

Selain Pasoepati, kala itu muncul pilihan nama lain yakni Pelita Mania. “Kami bersyukur akhirnya memilih Pasoepati. Kalau dulu pakai Pelita Mania, kami bisa sering ganti nama,” kelakar Mayor.

Advertisement

Pada 2006, Pasoepati mulai mengikrarkan diri mendukung klub asli Kota Bengawan, Persis Solo, seiring prestasi mereka promosi ke Divisi Utama. Bergulirnya Liga Primer Indonesia (LPI) pada 2011 sempat memunculkan klub Solo FC. Namun terkuburnya kompetisi itu membuat Pasoepati kembali setia dengan Laskar Sambernyawa.

Ujian Loyalitas

Kini loyalitas Pasoepati sekali lagi diuji usai masuknya Bhayangkara Solo FC yang ber-homebase di Stadion Manahan. Sejumlah korwil seperti Karanganyar, Sukoharjo, Klaten dan komunitas di Jawa Timur dan Batam mendengungkan tagar Kon21sten Pasoepati di hari jadi organisasi.

Tagar itu merujuk agar mereka tetap konsisten “merah” dengan mendukung Laskar Sambernyawa. “Siap selalu mendukung Persis,” ujar Ketua Korwil Klaten, Djodi Purnomo, kepada Solopos.com. “Kami konsisten merah mendukung Persis,” ujar pentolan Pasoepati Batam, Hengki.

Advertisement

Di sisi lain, DPP Pasoepati ingin mendorong organisasi lebih terbuka sehingga dapat mendukung semua klub maupun tim olahraga di Kota Bengawan. Kedewasaan Pasoepati dalam mencari solusi perbedaan pendapat ini bakal menjadi krusial dalam perjalanan kelompok suporter itu.

Baca Juga: Banjir di Semarang Surut, Stasiun Tawang Sudah Bisa Dilalui Kereta Api

Presiden Pasoepati, Maryadi Gondrong, mengatakan Persis Solo tetap menjadi fokus dalam kepemimpinannya. “Kami akan kawal Persis sampai lolos Liga 1 sebelum usia seabad klub [pada 2023]. Aja wedi dadi abang,” ujar Gondrong di sela potong tumpeng perayaan HUT ke-21 Pasoepati di Museum Titik Nol.

Advertisement

Pendiri yang juga Presiden Pasoepati 2018-2020, Aulia Haryo Suryo, berpesan agar kepemimpinan baru tak melupakan konsolidasi internal sebelum mengembangkan program-program. “Solidkan anggota, jangan sampai ada friksi yang bisa menghambat kemajuan Pasoepati,” ujar Aulia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif