Sport
Rabu, 11 Agustus 2021 - 22:01 WIB

Kisah Atlet Indonesia Jelang Paralimpiade Tokyo 2020:  Persiapan 4 Tahun Ditentukan Swab 7 Hari

Chrisna Chaniscara  /  Haryono Wahyudiyanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Atlet tenis meja senior Indonesia, David Jacobs (kanan) mengikuti tes usap di Kusuma Sahid Prince Hotel (KSPH) Solo, Rabu (11/8/2021). Tes itu menjadi syarat keberangkatan kontingen Indonesia ke ajang Paralimpiade Tokyo 2020.

Solopos.com, SOLO–Sejak Selasa (10/8/2021), jantung Rima Ferdianto berdegup lebih kencang dari biasanya. Rasa cemas sulit dia singkirkan saat memantau kontingen Indonesia untuk Paralimpiade Tokyo 2020 yang tengah menjalani tes usap atau swab PCR di Kusuma Sahid Prince Hotel (KSPH) Solo.

Tes usap selama tujuh hari beruntun menjadi syarat bagi 23 atlet Indonesia sebelum berangkat ke Tokyo mulai 17 Agustus 2021. “Ini hari kedua dari tujuh hari beruntun PCR rutin yang harus dijalani atlet. Rasanya deg-degan, jantung seperti mau copot,” ujar Wakil Sekjen National Paralympic Committee (NPC) Indonesia itu saat berbincang dengan Solopos.com, Rabu (11/8/2021) siang.

Advertisement

Rima menyebut momen menunggu hasil PCR setiap harinya melebihi kecemasan saat mengawal atlet bertanding. Bagaimana tidak, Ukun Rukaendi dkk. bisa tiba-tiba batal terbang ke Tokyo apabila mereka dinyatakan positif Covid-19.

Baca Juga: Nenek-Nenek di Glonggong Sragen Meninggal setelah Terpeleset di Sawah

Advertisement

Baca Juga: Nenek-Nenek di Glonggong Sragen Meninggal setelah Terpeleset di Sawah

NPC berkewajiban mengirimkan hasil tes PCR tujuh hari beruntun sebelum berangkat ke pemerintah Jepang untuk mengantisipasi Paralimpiade menjadi klaster corona. Ajang multievent olahraga terakbar bagi atlet disabilitas itu bakal digelar 24 Agustus-5 September 2021.

“Ini saya baru saja diberitahu hasil PCR hari kedua [Rabu] negatif semua, sama seperti hari pertama. Rasanya lega sekali,” ujar lelaki yang juga Manajer tim tenis meja NPC ini.

Advertisement

Baca Juga: Pura Mangkunegaran Solo Dipugar Besar-Besaran

 

Empat Kloter

Venue latihan, imbuh Rima, juga wajib steril dari pengguna lain untuk menekan potensi penularan Covid-19. Pihaknya mewanti-wanti para atlet untuk turut menjaga protokol kesehatan di penginapan dan venue latihan.

Advertisement

Ini karena tujuh hari terakhir sebelum keberangkatan ibarat “perang” sebelum berlaga di ajang sesungguhnya. “Jangan sampai persiapan empat tahun sia-sia hanya karena sekali positif [Covid-19],” tutur Rima.

NPC menyatakan peluang atlet mengikuti Paralimpiade otomatis hilang jika terkena corona. Kontingen pun tak bisa mengambil atlet pengganti. “Tidak ada cadangan karena visa para atlet sudah dikirim jauh hari,” ujar Rima.

Baca Juga: UMS Lepas 1.488 Wisudawan, 504 Berpredikat Cumlaude!

Advertisement

Keberangkatan atlet NPC ke Tokyo dibagi empat kloter yakni pada 17, 18, 19 dan 20 Agustus. Kontingen Indonesia terdiri atas 23 atlet dari tujuh cabang olahraga yakni atletik (tujuh orang), badminton (tujuh), tenis meja (tiga), renang (tiga), menembak (dua), angkat berat (satu), dan balap sepeda (satu).

Presiden NPC Indonesia, Senny Marbun, mengatakan Indonesia menargetkan satu medali emas dan menempati peringkat 60 besar dunia di Paralimpiade Tokyo. “Target kami memperbaiki capaian Paralimpiade 2016 Rio de Janeiro Brasil. Saat itu Indonesia memperoleh satu perunggu dan menempati ranking ke-76. Kami mohon doa seluruh rakyat Indonesia agar bisa memenuhi target itu.”

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif