Sport
Kamis, 22 September 2011 - 09:49 WIB

Kubu Real Mataram yakin PSS main di Pro 1

Redaksi Solopos.com  /  Budi Cahyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

SLEMAN—CEO Real Mataram Erik Setiawan masih yakin PSS Sleman bisa berlaga di kompetisi level tertinggi atau Pro 1 meski PSSI memutuskan kompetisi diformat satu wilayah.
   
Pasalnya, tidak semua tim Indonesian Super League (ISL) dan promosi dari Divisi Utama—sebagai calon peserta level tertinggi—memenuhi syarat aspek legalitas serta finansial. Karena itu, manajemen Real Mataram masih menunggu manajemen PSS merampungkan persoalan internal untuk meneruskan rencana merger.
   
“Optimistis PSS berlaga di Pro 1. Kami [Real Mataram] akan menunggu sampai sehari setelah PSSI mengumumkan secara pasti format kompetisi Pro 1 maupun Pro 2,” ungkap Erik saat ditemui wartawan, Rabu (20/9).
   
Ditegaskan dia, sebagai syarat merger, PSS harus bisa menunjukkan siapa ketua umum definitif yang berhak mewakili PSS saat penandatanganan kesepakatan merger karena kesepakatan merger dipastikan cacat hukum mengingat mekanisme pertanggungjawaban menjadi tidak jelas.
   
Meskipun demikian, lanjut Erik, manajemen PSS sampai sekarang belum bisa memberikan penjelasan soal ketua umum yang sampai saat ini masih dijabat Ibnu Subiyanto. “Saya masih tunggu di tikungan terakhir, bisa masuk jurang atau selamat,” ujarnya dengan kiasan.
   
Menurut Erik, PSS memiliki potensi insfrastruktur serta suporter yang fanatik, yang bisa dijadikan fondasi bagi pengelolaan klub yang profesional. Akan sangat disayangkan jika stadion yang begitu bagus bahkan berstandar internasional, menjadi venue dari tim yang belum dikelola secara baik. Erik merasa yakin Ketua Umum PSS Sleman Ibnu Subiyanto memiliki visi agar persepakbolaan di Sleman termasuk PSS dikelola secara profesional.
   
Saat ditemui di Lapas Cebongan dua pekan lalu, Ibnu mengatakan dia tidak mempersoalkan PSS merger atau tidak, yang penting dikelola secara profesional. Menurut mantan Bupati Sleman ini, manajemen boleh-bleh saja mengelola PSS secara profesioanl tanpa merger.
   
Namun, kalau tidak memiliki dana, merger bisa menjadi solusi asalkan setelah merger, untung maupun rugi ditanggung bersama sebagai bentuk win-win solution. Ibnu bahkan menengarai sikap curiga yang dutunjukkan segelintir orang, termasuk manajemen PSS terhadap proses merger, dikarenakan mereka selalu melihat segala sesuatu dengan ukuran sempit.(Harian Jogja/MG Noviarizal Fernandez)

HARJO CETAK  

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif