SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

BERLIN— Prancis menjadi juara dunia 12 tahun silam dengan skuat bermaterikan pemain dengan etnis bervariasi. Semenjak itu pula, Timnas Jerman mengadopsi kebijakan serupa dan kini ternyata mulai menuai hasilnya.

Bermain di rumah sendiri, Prancis yang saat itu diperkuat sejumlah pemain berdarah keturunan berhasil menjadi jawara Piala Dunia 1998. Sedangkan Der Panzer Jerman hanya mampu melangkah sampai perempat final.

Promosi Mi Instan Witan Sulaeman

Duabelas tahun kemudian, Jerman sudah lebih membuka diri terhadap para pemain sepak bola yang tak berdarah asli negara itu. Hasilnya, mereka kini menjejak semifinal seusai melewati adangan Inggris dan Argentina di babak knock-out.

“Ini adalah kemajuan luar biasa, sebelas dari 23 pemain Jerman datang dari keluarga imigran,” kata Menteri Olahraga Jerman, Thomas de Maiziere, seperti dilansir Reuters, Selasa (6/7).

Jerman juga dicatat Reuters memiliki populasi sampai 82 juta orang. Dari jumlah itu, hanya sekitar tujuh jutanya yang merupakan imigran atau warga keturunan.

“Mereka sudah bekerja keras, tampil luar biasa. Mereka ingin jadi warga Jerman dan mereka sudah melakukannya tanpa mengabaikan negara asal mereka. Kami menerima itu, dan mereka dicintai sama seperti para pemain lainnya.”

“Timnas ini merupakan contoh sukses dari sebuah integrasi, sebuah model yang jadi contoh untuk negara kami. Mereka yang bekerja keras akan diterima, dan mereka yang punya keyakinan (akan Jerman) akan memiliki peluang,” lugas de Maizire.

Sejumlah pemain andalan Der Panzer saat ini merupakan warga keturunan. Keluarga Miroslav Klose dan Lukas Podolski berasal dari Polandia, Mesut Oezil keturunan Turki, ayah Sami Khedira berasal dari Tunisia, ayah Jerome Boateng orang Ghana, lalu Mario Gomez berayahkan orang Spanyol dan ibu Jerman.

Para pekerja asing sebenarnya sudah mengadu peruntungan di Jerman selama beberapa dekade, tapi baru belakangan ini saja para pemain keturunan memperkuat Timnas Jerman.
Sebelum undang-undang kewarganegaraan direformasi pada 1999 lalu, pemerintah konservatif secara kaku menyebut Jerman bukanlah negara bagi para imigran atau pendatang.

JIBI/SOLOPOS/dtc

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya