SOLOPOS.COM - Jose Mourinho bersama para pemain Manchester United. (JIBI/Reuters/Andrew Yates)

Liga Inggris diwarnai dengan MU yang kerap menuai hasil imbang.

Solopos.com, MANCHESTER – Sudah menjadi rahasia umum apabila pelatih Jose Mourinho suka menerapkan sepak bola pragmatis. Tidak perlu bermain indah yang penting tim yang didampinginya menang. Tak peduli jika skornya cuma tipis 1-0.

Promosi Selamat Datang di Liga 1, Liga Seluruh Indonesia!

Namun, apa jadinya jika tim polesan Mourinho gagal mencetak gol dan tidak memiliki killer instinct di depan gawang lawan?. Itulah penyakit Manchester United di bawah kendali Mourinho di Liga Premier musim ini.

Saat ditahan imbang Everton 1-1 di Old Trafford, Manchester, Rabu (5/4/2017) dini hari WIB, MU memang mendominasi penguasaan bola mencapai 61% dalam waktu 90 menit. Tapi, dominasi itu seakan hanya bersifat semu karena Setan Merah tidak bisa memanfaatkan sejumlah peluang yang mereka peroleh.

Mourinho mencoba menaikan tensi permainan timnya dengan mengubah formasi dari 4-2-3-1 menjadi 4-4-2. Paul Pogba dimasukkan menggantikan Daley Blind. Sementara Ander Herrera ditark ke belakang sebagai fullback dan Marouane Fellaini dimainkan di belakang Zlatan Ibrahimovic yang ditempatkan sebagai striker sentral.

Namun, Mourinho merasa barisan serangnya kurang percaya diri, khususnya Marcus Rashford,  sehingga serangan timnya tetap sulit berkembang. Mungkin hanya Ibrahimovic yang bisa memenuhi standard Mourinho dalam menyumbang isi rekening gol Setan Merah musim ini. Sementara penyerang atau gelandang serang lainnya belum memberikan kontribusi meyakinkan dalam urusan mencetak gol.

“Saya pastikan tahun depan Liga Premier akan semakin sulit, benar-benar sulit, kami perlu mencetak gol untuk memenangi beberapa laga. Kami tidak cukup mencetak gol, sesimpel itu. Pragmatis adalah berapa banyak gol yang dilahirkan Rashford, [Jesse] Lingard, [Henrikh] Mkhitaryan, Herrera, Pogba? Berapa banyak gol yang dicetak para pemain ofensif? Tidak cukup,” jelas Mourinho, seperti dilansir Manchestereveningnews.co.uk.

Dalam laga terakhir yang masing-masing berakhir imbang melawan West Bromwich Albion dan Everton, United sebenarnya mencoba bermain agresif dengan melepaskan 52 umpan silang. Tapi ironisnya, tidak ada gol yang dihasilkan dari open play. Itu karena jarang ada pemain Setan Merah yang sigap menyambut umpan-umpan tersebut di kotak penalti lawan.

Statistik para pemain United dalam menyentuh bola di kotak penalti lawan musim ini memang sangat menyedihkan. Mkhitaryan yang memiliki catatan paling bagus hanya menorehkan rasio 4,8 sentuhan per laga di kotak penalti lawan. Disusul kemudian Juan Mata dengan rata-rata 4,5 per laga, Pogba  dengan 4,2 per laga, Lingard dengan 3,84 per laga, dan Herrera dengan 0,85.

Bandingkan dengan gelandang serang tim-tim rival yang sangat energik untuk menembus kotak penalti lawan. Manchester City memiliki Raheem Sterling yang sangat berani dengan rasio menyentuh bola di kotak penalti lawan dengan 8,55 per laga dan Leroy Sane dengan 6,37 per laga.  Sementara David Silva (Manchester City), Eden Hazard (Chelsea), dan Mesut Ozil (Arsenal) menggenggam rata-rata lima kali sentuhan per laga.

Namun kegagalan United mencatat gol open play juga tidak bisa dilepaskan dari kegigihan Everton dalam membangun pertahanan tangguh. Idrissa Gueye yang disebut-sebut memilki kemampuan setara N’Golo Kante tampil fenomenal di Old Trafford. Dia selalu ada di manapun pemain MU membawa bola di tengah lapangan. Dia selalu menempel pemain MU dan memastikan mereka tidak melepaskan peluang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya