SOLOPOS.COM - Edi Subaktiar/Gloria Emanuelle Widjaja saat tampil di Macau Open Grand Prix Gold 2014 (JIBI/Harian Jogja/BadmintonIndonesia.org)

 

 

Promosi Mendamba Ketenangan, Lansia di Indonesia Justru Paling Rentan Tak Bahagia

Harianjogja.com, MAKAU — Pasangan ganda campuran Indonesia Edi Subaktiar/Gloria Emanuelle Widjaja berhasil memenuhi ambisinya merebut gelar juara di ajang Macau Open Grand Prix Gold 2014.

Gelar juara itu diraih pasangan tersebut usai memenangkan laga dramatis rubber game atas unggulan kedua dari Singapura, Danny Bawa Chrisnanta/Yu Yan Vanessa Neo dengan angka 21-15, 29-30, 22-20.

“Kami bersyukur atas gelar juara pertama ini. Sebuah kado manis di turnamen penghujung tahun,” kata Gloria penuh bahagia, seperti dilansir dari laman Badmintonindonesia.org, Senin (1/12/2014).

Laga final yang menghabiskan waktu 76 menit itu menyita perhatian para penonton. Menang mudah di game pertama, Edi/Gloria sempat disulitkan Danny/Vanessa di game kedua. Edi/Gloria yang sudah unggul match point 20-17, belum mampu menyelesaikan pertandingan. Pasangan Singapura Danny/Vanessa ikutan tegang. Servis Danny sering menyangkut di net. Kedua pasangan terus kejar-kejaran poin hingga dimenangkan Danny/Vanessa saat Edi gagal mengembalikan shuttle kock..

“Saat itu kami kepikiran, kenapa sudah 20-17 kok lawan masih bisa dapat poin terus? Selain itu kami juga bermain terlalu aman di depan net, tidak banyak spekulasi dan kurang berani,” jelas Edi kepada Badmintonidonesia.org.

Pada game ketiga, Edi/Gloria kembali mengungguli lawan mereka tersebut. Di poin-poin kritis, Danny/Vanessa terus berusaha menekan Edi/Gloria hingga akhirnya kedudukan kembali imbang 20-20. Kedua pasangan pun membuat kesalahan yang tidak perlu. Laga hidup mati ini berjalan menegangkan hingga kedua pasangan penuh berkonsentrasi.

Satu pengembalian Danny jatuh di luar area pertandingan, Edi/Gloria akhirnya memenangkan duel sengit ini. Edi langsung meluapkan kemenangannya dengan bersujud syukur di lapagan. Sementara Gloria berlari memeluk sang pelatih, Enroe Suryanto.

“Di game ketiga saya ingat kata pelatih yang bilang kalau gelar juara nomor dua, yang penting main maksimal dulu. Kami sudah merasa main maksimal di game kedua, masak sih tidak bisa menang di game ketiga? Lalu kami nekad saja, kalau sudah poin-poin kritis begini, yang penting yakin,”jelas Gloria.

“Saya bermain lebih kalem di game ketiga, karena saya mau lebih mengontrol. Berbeda dengan di game kedua dimana saya banyak berteriak kencang terus, namun bukannya lawan takut malah tambah semangat. Soal servis Danny, kami memang tahu kalau dia agak lemah di servis, jadi kami memanfaatkan situasi ini,” tambah Edi.

Gelar ini menjadi buah manis kerja keras Edi/Gloria. Seperti dituturkan Edi, gelar ini sangat bermakna buat mereka berdua.

“Ini adalah gelar pertama. Tahun lalu selalu terhenti sampai perempat final, tahun ini selalu sampai semifinal. Sekarang sudah goal jadi juara, semoga seterusnya jadi juara,” ujar Edi.

“Beberapa tahun lalu ada yang bertanya kepada saya apa target di turnamen, saya jawab minimal perempat final. Benar saja, sampai perempat final terus. Mungkin benar adanya kalau kata-kata itu adalah doa, jadi mulai sekarang harus jawab targetnya juara,” pungkasnya.

Indonesia masih berpeluang untuk menambah pundi-pundi gelar dari nomor ganda putra. Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi akan berhadapan dengan Danny Bawa Chrisnanta/Chayut Triyachart dari Singapura.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya