SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

JOGJA—Tunggakan rekening listrik wisma PSIM ternyata disengaja oleh manajemen PSIM. Hal itu diakui Media Director PSIM, Ajiek Tarmidzi.

Saat dihubungi Harian Jogja, ia mengakui tunggakan itu memang sengaja dilakukan manajemen. Pasalnya, mereka menilai dengan daya sebesar 11.000 PA, jelas tagihan rekening yang beratasnamakan Wisma/Monumen itu sudah pasti akan tinggi.

Promosi Gonta Ganti Pelatih Timnas Bukan Solusi, PSSI!

“Masalahnya kan wisma sedang kosong, jadi mubazir kan. Kami bayar mahal, tapi sebenarnya kondisi wisma sedang kosong,” ucapnya, Selasa (18/9).

Sejak pemain diputus kontrak oleh manajemen beberapa bulan lalu, wisma PSIM tak berpenghuni, kecuali beberapa orang penjaga wisma.

Menurut Ajiek, penyegelan adalah cara terbaik untuk mengirit tagihan. “Kalau disegel begini kan kami tidak harus membayar uang tagihan,” katanya.

Meski begitu, ia mengaku, pihaknya tidak diam begitu saja. Menurut dia, manajemen PSIM tetap akan mengupayakan pembayaran tunggakan, setidaknya agar PT PLN tidak memutus aliran listrik secara permanen.(ali)



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng

Solo Kota Tari

Solo Kota Tari
author
Fafa Utami , 
Ichwan Prasetyo Sabtu, 4 Mei 2024 - 12:55 WIB
share
SOLOPOS.COM - Fafa Utami (Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Sejarah telah mencatat Kota Solo, kota yang saya tinggali lebih dari 28 tahun, telah mengukuhkan diri sebagai muara kota budaya Jawa. Legitimasi itu sangat kukuh dengan punjer Keraton Kasunanan Surakarta dan Pura Mangkunegaran.

Segala bentuk budaya Jawa tumbuh subur seperti tradisi upacara-upacara dan ritual, wayang kulit, wayang wong, karawitan-gamelan, tari-tarian klasik (Bedhaya, Srimpi, Wireng, dan sebagainya), mitos, dan seterusnya.

Promosi Gonta Ganti Pelatih Timnas Bukan Solusi, PSSI!

Kota Solo juga kaya pertunjukan yang berkaitan dengan upacara dari kelahiran hingga kematian yang sampai kini masih hidup dengan baik dan dijalankan oleh sebagian masyarakat Kota Solo dan sekitarnya serta masyarakat Jawa pada umumnya.

Gambaran kehidupan kesenian tradisi dan kontemporer di Kota Solo memang semakin mengukuhkan Solo sebagai kota seni pertunjukan, bahkan saya menyebut Solo sebagai kota tari. Kesenian tradisi hidup berdampingan dengan baik bersama kehidupan seni kontemporer.

Koran Solopos

Berderet genre dan bentuk kesenian, dari seni rakyat hingga seni keraton, bahkan banyak nama besar dalam dunia seni pertunjukan yang lahir di Solo atau berbasis di Solo dan membawa nama Solo di festival dan dunia internasional.

Sebut saja W.S. Rendra, Gesang, Ki Manteb Soedarsono,  Sardono W. Kusumo, Arswendo Atmowiloto, Rahayu Supanggah, Sapardi Djoko Damono, Suprapto Suryodarmo, Waldjinah, Mugiyono, Blacius Subono, Eko Supriyanto, Slamet Gundono, Anom Suroto, Melati Suryodarmo, Riyanto, Endah Laras, Woro Mustiko, dan masih banyak lagi.

Kota Solo sering menjadi tempat workshop dan produksi karya-karya besar, bukan saja oleh seniman dalam negeri, tetapi juga dari luar negeri. Opera Jawa dan Tusuk Konde karya Garin Nugroho, Opera Diana-HUT Kompas, Matah Ati-Atilah Suryadjaya, Edo Dance Company dengan berbagai karya dan produksi, dan sebagainya.

Sering kali koreografer atau seniman dari Kota Solo mendominasi  beberapa festival besar di Jakarta atau kota lain, misalnya Indonesia Dance Festival, Arts Summit, The Next Wafe Festival, Festival Cak Durasim, Indonesia Performing Art Mart, dan masih banyak lagi.

Forum-forum semacam itu sangat diperlukan guna mendukung pemajuan kebudayaan di wilayah tari. Untuk itulah, festival menjadi penting diadakan di Kota Solo. Beberapa event dan festival besar memilih Kota Solo sebagai tempat penyelenggaraan.

Festival itu, antara lain, Indonesia Performing Art Mart (IPAM), Solo International Etnic Music (SIEM), Solo International Performing Arts (SIPA), Solo Percussion, Bengawan Solo Festival (BSF), Festival Seni Kampung (Kampoeng Arts Festival), World Dance Day, Solo Menari, Festival Wayang Bocah.

Emagazine Solopos

Puluhan calender of events (culture events) di kota Solo, antara lain, The Commemoration of the Founding of Nagari Surakarta Hadiningrat-Keraton Kasunanan Surakarta, Grebeg Sudiro-Chinese New Year, Grebeg Mulud-Sekaten, Bengawan Travel Mart, Festival Kuliner, Seni Kampung Solo, Kreatif Anak Sekolah Solo.

Kemudian, Solo Batik Fashion, Solo Batik Carnival, Festival Dolanan Bocah, The Ceremony to Commemorate the Crowning of Pakubuwono XIII, Keraton Art Festival, Solo Keroncong Festival, Grand Final Putra-Putri Solo, Bengawan Solo Gethek Festival, Reyog Festival, Pasar Seni Balaikambang, Grebeg Besar, Kirab Apem Sewu, Kirab 1 Sura, Wiyosan Jumenengan K.G.P.A.A. Mangkunagoro, dan berderet event lainnya.

Festival tari menjadi penting di Kota Solo. Selain banyak seniman dan tentu juga pertunjukan yang hidup dengan baik, sebuah festival yang terformulasikan dengan baik perlu diadakan di Kota Solo.

Selain tentu saja untuk menjaga, mewadahi, dan melestarikan berbagai kesenian di Kota Solo, juga memberikan ruang untuk bisa tetap berproses kreatif antarseniman.

Solo Mendunia

Perayaan Hari Tari Sedunia atau World Dance Day di Kota Solo patut mendapat catatan.  Kota Solo menjadi pelopor perayaan Hari Tari Sedunia dengan keberadaan pegiat dan komunitas tari di Institut Seni Indonesia (ISI) Solo.

Peringatan World Dance Day–24 Jam Menari diadakan pada 29 April 2024. Ini penyelenggaran ke-18 kali. Peringatan Hari Tari Sedunia kemudian menurunkan gagasan Kota Solo membuat event Solo Menari dan selanjutnya diikuti oleh perayaan, hajatan, oleh berbagai sanggar, bahkan dari berbagai kota lain ikut serta.

Kehidupan tari di Kota Solo sangat harmonis, antara tari tradisi maupun tari modern dan kontemporer.  Hari Tari Sedunia diperingati setiap 29 April yang diambil dari tanggal lahir pencipta tari balet modern Jean-Gorge Noverre.

Interaktif Solopos

Sejarah Hari Tari Sedunia kali pertama dirayakan pada 29 April 1982 oleh para ahli Komite Tari dari International Theatre Institute (ITI). Gagasan Hari Tari Sedunia ini untuk merayakan dan menikmati tari sebagai bahasa universal, untuk melintasi hambatan politik, etnis, dan budaya dan membawa masyarakat kepada satu kesatuan bahasa, yaitu menari.

Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi bekerja sama dengan Pura Mangkunegaran dan ISI Solo menggelar perayaan Hari Tari Sedunia bertema Trilogi yang tersebar di beberapa tempat.

Di Candi Sukuh, Kabupaten Karanganyar, dengan tema kesuburan bersama kurator Melati Suryodarmo dan menghadirkan beberapa seniman dan sanggar-sanggar. Candi Sukuh melahirkan praktik-praktik kebudayaan dan gagasan.

Di kampus ISI Solo dengan tema kelahiran. Kampus seni ini pada perjalanananya melahirkan banyak seniman tari dan maestro dengan berbagai karya yang mengharumkan negeri, tentu dengan serangkaian pementasan dari berbagai sanggar dan komunitas tari di negeri ini.

Mereka yang terlibat berasal dari Bandung, Kalimantan, Lamongan, Jakarta, Pekanbaru, Padang, Yogyakarta, Korea Selatan. Di Pura Mangkunegaran sebagai rumah, sebagai punjer dari lahirnya karya karya tari tradisi, ditampilkan Bedhaya Senopaten Diradameta.

Ini tari tradisi hasil riset panjang dan direkontruksi oleh penari Mangkunegaran Daryono dengan kurator Suprapto. Tarian yang tercipta lebih dari 200  tahun lalu pada masa K.G.P.A.A.  Mangkunagoro I.

Perayaan Hari Tari Sedunia di Pura Mangkunegaran menjadi bagian dari perayaan  Adeging Mangkunegaran yang kini menapaki umur 267 tahun. Rasanya tepat menjadi tonggak lahirnya karya-karya baru.



Peran ketiganya memberikan pengaruh dan kontribusi yang besar sebagai situs budaya, institusi budaya, dan lembaga pendidikan yang turut andil mengembangkan seni tari.

Kota Solo merayakan Hari Tari Sedunia dengan Solo Menari di beberapa lokasi, antara lain, Taman Satwa Jurug, di ruas Jl. Gatot Subroto, Ngarsopura, Mal Paragon, Balai Kota Solo, Pasar Gedhe, dan Kampung Batik Kauman.

Hasil temu seniman tari pada 27 April 2024 malam di Kulonuwun Kopi yang juga menjadi bagian dari perayaan Hari Tari Sedunia menyimpulkan ekosistem tari ternyata sangat luas dan kompleks.

Beberapa catatan dan rekomendasi adalah membuat forum-forum silaturahmi tari yang lebih intensif untuk menggagas program-program di wilayah tari, proses pembelajaran dengan maestro tradisi yang harus digalakkan, kurikulum pembelajaran pendidikan tari harus dikaji kembali.

Catatan dan rekomendasi lainnya adalah perlunya bertumbuh presenter dan produser di bidang tari dan butuh coaching clinic menuliskan tari dan kritik tari mengingat tumbuhnya koreografer atau seniman tari harus diimbangi dengan tulisan dan kritik tari.

Kerja-kerja dokumentasi dan literasi tari harus ditingkatkan karena kita mendapati banyak problem pelacakan yang sulit dilakukan terhadap data-data tari tradisi kita berikut dengan maestronya.

Dokumentasi tidak hanya penting untuk mengabadikan sebuah karya, tetapi juga sebagai upaya merespons seni tradisi dan melahirkan karya-karya inovatif. Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Hilmar Farid mengatakan tari telah menjadi bagian ekosistem kebudayaan yang sangat luas.

Tari tradisi sebanyak lebih dari 3.000 tarian tersebar di seluruh Indonesia. Sebanyak 110 dari 671 tarian tradisional yang tercatat telah ditetapkan ke dalam daftar warisan budaya tak benda.

Menurut survei Badan Pusat Statistik atau BPS pada 2021, hanya 8,2% masyarakat Indonesian pernah menonton pertunjukan tari. Terapi tari meningkatkan kualitas hidup sebesar 85% bagi individu yang mengidap gangguan mental berat.

Dengan merayakan dan memperingati hari tari mengemuka harapan semua pihak terus mendukung, melindungi, dan mengembangkan kekayaan budaya, khususnya tari. Tari di Nusantara tidak hanya sebagai hiburan dan tontonan.

Ini yang membedakan tarian kita dengan tarian di negara lain. Di negeri kita tarian sebagai ritual, ibadah, dan penyembuhan. Tari di Indonesia bukan hanya sebagai tontonan, tetapi juga menjadi tuntunan.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 2 Mei 2024 dalam versi lebih singkat. Penulis adalah pengajar di Jurusan Etnomusikologi Institut Seni Indonesia Solo, pegiat budaya, dan kurator tari)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.

Asian Academy of Campus Ministry di UKSW Jadi Wadah Inklusi dan Harmoni

Asian Academy of Campus Ministry di UKSW Jadi Wadah Inklusi dan Harmoni
author
Rohmah Ermawati Sabtu, 4 Mei 2024 - 12:47 WIB
share
SOLOPOS.COM - Peserta mengikuti kegiatan Asian Academy of Campus Ministry (AACM) di UKSW Salatiga, Jumat (3/5/2024). AACM ini mengangkat tajuk Creating A Culture of Care. (Istimewa/UKSW)

Solopos.com, SALATIGA–Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga sebagai universitas yang kaya akan keberagaman dan toleransi menjadi salah satu tempat digelarnya kegiatan Asian Academy of Campus Ministry (AACM), Jumat (3/5/2024).

AACM ke-3 yang digelar di Indonesia ini mengangkat tajuk Creating A Culture of Care. Dalam keriuhan kegiatan tersebut, terpatri kehangatan dan kebersamaan dari puluhan peserta yang mewakili 7 negara.

Promosi Gonta Ganti Pelatih Timnas Bukan Solusi, PSSI!

Program yang difasilitasi United Board ini ditujukan untuk para pelayan kerohanian, konseling, dan pengembangan spiritualitas di Campus Ministry terutama di kampus Kristen di Asia.

Kegiatan ini berlangsung mulai 1 Mei hingga 10 Mei 2024 atas kolaborasi UB dengan UKSW, Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW), dan Universitas Dhyana Pura (Undhira) Bali.

Koran Solopos

Rombongan AACM disambut dengan penuh kehangatan oleh Campus Ministry UKSW melalui pengalungan syal. Membuka kegiatan, dilakukan sesi Sharing Multi-Faith di Diplomacy Room, yang dipandu moderator Pdt. Irene Ludji, MAR., Ph.D..

Acara ini menjadi panggung untuk berbagi pengalaman dan pemaparan organisasi yang menekankan keberagaman agama dan inklusivitas.

Prof. Intiyas menyambut kehadiran Program Director United Board Rev. Dr. Maher Spurgeon beserta seluruh delegasi AACM. Keberadaan AACM di UKSW, menurutnya, merupakan sebuah kehormatan dan kesempatan yang indah, sebuah kesempatan untuk memperkaya budaya kampus dengan budaya peduli dan inklusif.

Emagazine Solopos

Dia menambahkan UKSW sebagai “Kampus Indonesia Mini” yang mendedikasikan diri untuk mengembangkan creative minority dengan keberagaman agama, etnis, ras, budaya, dan multidisiplin ilmu, menjadi landasan kuat dalam menyelenggarakan AACM dengan topik terkait multi-faith, inter-religious dialogue and collaboration.

“Melalui kegiatan ini, UKSW berkomitmen untuk mendemonstrasikan toleransi dan inklusivitas, serta memajukan pelayanan Campus Ministry dalam spiritualitas, budaya kepedulian, dan kemampuan self-leadership,” imbuhnya.

Maher menyampaikan rasa syukur dan terima kasih atas sambutan hangat yang diterimanya di UKSW. Dengan diadakannya kegiatan ini, ia berharap akan terjalin kolaborasi yang baik antara pihak-pihak terlibat, sambil memperdalam pemahaman akan multi-faith melalui kunjungan dan diskusi.

Interaktif Solopos

“Kegiatan ini juga diharapkan dapat menjadi wahana untuk melihat secara nyata inklusivitas Indonesia yang kaya akan keragaman agama, budaya dan bahasa,” tandasnya.

Bangun Keberagaman, Toleransi, dan Inklusivitas

Kepala Campus Ministry UKSW Pdt. Dr. Ferry Nahusona dalam kesempatan itu, menguraikan tujuan AACM sebagai wadah yang memelihara keberagaman agama dan kekayaan budaya.

Dia menegaskan pentingnya UKSW sebagai tempat yang merangkul semua lapisan masyarakat tanpa memandang agama atau latar belakang, dan bahwa UKSW telah menjadi rumah bagi ribuan mahasiswa dari berbagai latar belakang.



Melalui kegiatan diskusi bersama tokoh-tokoh seperti Dosen Fakultas Teologi Pdt. Dr. Agus Supratikno, M.Th., Pengasuh Pondok Pesantren Edi Mancoro Dr. KH. Muhammad Hanif, M.Hum, dan researcher di Percik Singgih Nugroho, peserta AACM mendapatkan wawasan yang mendalam tentang pentingnya kolaborasi lintas agama dalam membangun perdamaian dan harmoni.

Tak hanya diskusi, peserta juga diajak melakukan campus tour dengan mengunjungi berbagai fasilitas kampus, dari Musala Kampus hingga Kapel Kampus, dan ruang-ruang tematik di UKSW seperti ruang kelas Museum, ruang Satu Hati, dan ruang Cafe.

Selain itu, peserta juga diajak mengunjungi Dusun Srumbung Gunung, yang terletak di lereng Gunung Ungaran, Provinsi Jawa Tengah, yang merupakan Desa Wisata Kreatif Perdamaian (DWKP).

Dusun Srumbung Gunung yang merupakan desa wisata binaan UKSW tersebut mengusung konsep pengembangan seni dan budaya masyarakat sebagai sarana untuk mempromosikan perdamaian dunia.

Dianne Marie Samante, salah satu peserta dari Filipina, menyampaikan apresiasinya terhadap upaya UKSW dalam mengakomodasi keberagaman kepercayaan.

Dia mengungkapkan kekagumannya terhadap keberagaman budaya UKSW, serta menyebut pengalaman kuliner di Indonesia ini sebagai sesuatu yang mengesankan.

Kehadiran AACM di UKSW bukan hanya tentang kegiatan sehari, tetapi tentang jejak yang ditinggalkan dalam membangun keberagaman, toleransi, dan inklusivitas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.

Adik Bupati Sragen Wina Sukowati Dapat Kaus Bergambar Dedy Endriyatno

Adik Bupati Sragen Wina Sukowati Dapat Kaus Bergambar Dedy Endriyatno
author
Tri Rahayu , 
Astrid Prihatini WD Sabtu, 4 Mei 2024 - 12:45 WIB
share
SOLOPOS.COM - Bakal Cabup Untung Wina Sukowati menerima kaus bergambar wajah mantan Wakil Bupati Sragen Dedy Endriyatno saat silaturahmi dengan Relawan Semut Merah di Ragil Corner Sragen, Jumat (3/5/2024). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN-Bakal calon bupati (cabup) Sragen 2024 Untung Wina Sukowati mendapat hadiah kaus bergambar wajah politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sragen Dedy Endriyatno saat bersilaturahmi dengan Relawan Semut Merah di Ragil Corner Sragen, Jumat (3/5/2024) malam.

Sebelumnya Relawan Semut Merah sudah mendeklarasikan dukungan kepada mantan Wakil Bupati (Wabup) Dedy Endriyatno sebagai cabup dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Sragen 2024.

Promosi Gonta Ganti Pelatih Timnas Bukan Solusi, PSSI!

Puluhan orang perwakilan Relawan Semut Merah Sragen mengenakan kaus hitam dengan gambar wajah Dedy Endriyatno di bagian punggung. Mereka berdialog dan bertukar pikiran dengan Wina, sapaan putri Mantan Bupati Sragen Untung Wiyono tersebut secara tertutup. Dialog tersebut berlangsung cukup lama.

Seusai berdialog, Wina Sukowati mendapat hadiah kasus bergambar wajah Dedy Endriyatno dari Ketua Harian Relawan Semut Merah Sragen, Badrun. Dalam kesempatan itu, Badrun mengatakan silaturahmi Relawan Semut Merah dengan Wina merupakan bagian dari komunikasi menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024. Dia mencatat beberapa poin dalam forum silturahmi tersebut.

Koran Solopos

“Mbak Wina itu ada gagasan-gasan besar untuk perubahan Sragen. Kami, relawan yang muncul dari rakyat kecil, perlu menyikapi gagasan-gagasan Mbak Wina. Kami akan pertimbangkan dan kami bahas di internal relawan. Sragen ini wilayahnya besar sehingga butuh pemimpin yang mempunyai pemikiran besar pula untuk perubahan Sragen,” ujar Badrun.

Badrun mengatakan di beberapa wilayah Sragen masih banyak akses jalan yang rusak dan sampai sekarang belum diperbaiki. Dia menduga mungkin pada 2024 ini akan direaliasai pembangunannya. Dia menyatakan orientasi Relawan Semut merah ini berharap ada pemimpin yang mengayomi masyarakat, pemerintahan, dan memikirkan pembangunan Sragen ke depan.

“Sejak dini pemimpin harus sudah punya perencanaan dan disiapkan. Saat jadi pemimpin langsung aksi untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dan pengembangan UMKM [usaha mikro kecil menengah],” katanya.

Emagazine Solopos

Setelah berdiskusi banyak, Badrun menyatakan Relawan Semut Merah Sragen tidak serta merta mencalonkan begitu saja tetapi akan kami pertimbangkan dan dikomunikasikan dengan partai politik (parpol). Dia menyadari peserta Pilakada 2024 itu juga lewat partai politik (parpol).

“Kami muncul dari rakyat dan memang mendeklarasikan diri mengusung Mas Dedy. Secara kelembagaan kami belum pernah bertemu Mas Dedy tetapi secara personel sudah ada beberapa anggota sukarelawan yang sudah bertemu Mas Dedy. Relawan kami menyebar hampir merata se-Kabupaten Sragen,” jelasnya.

Sementara itu, bakal Cabup Untung Wina Sukowati menyatakan siap merapat kepada siapa pun yang memiliki visi dan misi yang sama dengannya, termasuk dengan Relawan Semut Merah Sragen. Dia mengatakan tidak hanya Relawan Semut Merah tetapi siapa pun warga Sragen yang memiliki visi sama pasti didekatinya.

Interaktif Solopos

“Saya sudah berkomunikasi dengan beberapa relawan. Yang paling penting, visinya tulus untuk membangun Sragen, bukan transaksional,” ujar adik Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati itu.

Wina senang mendapat kaus bergambar Dedy Endriyatno. Wina berencana bertemu dengan Dedy Endriyatno. Kapan waktunya, Wina menyatakan pasti para wartawan akan mengetahui. Kalau semua sudah pasti, Wina berjanji akan mengumumkan ke publik.

 



 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Memuat Berita lainnya ....
Solopos Stories