Olimpiade 2016 bakal digelar di Brasil. Berbeda dengan olimpiade sebelumnya, pada ajang multieven tertinggi kali ini, atlet transgender tidak perlu operasi kelamin saat berlaga.
Harianjogja.com, RIO DE JANEIRO — Pejabat medis Komite Olimpiade Internasional (IOC) telah membuat panduan yang kotroversial, di mana atlet transgender tidak perlu melakukan operasi kelamin sebelum mengikuti Olimpiade 2016.
Direktur medis IOC Richard Budgett, mengatakan mereka mengubah kebijakan untuk beradaptasi pada perubahan sosial, hukum dan keilmuan dalam isu transgender.
Meski demikian, Budgett menyatakan bahwa panduan tersebut berbentuk rekomendasi dan bukanlah regulasi. Ke depan, federasi olahraga internasional dan badan-badan olahraga, harus mengikuti dan mengimplementasikannya di Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro.
“Saya tidak berpikir banyak federasi memiliki peraturan, dalam menentukan transgender. Ini (panduan) dapat memberi mereka keyakinan dan stimulus, untuk menambahkannya dalam peraturan,” kata Budgett, dikutip dari New York Times, Selasa (26/1/2016).
Sementara berdasarkan panduan IOC sebelumnya yakni pada 2003, para atlet yang mengubah identitas gender dari pria menjadi wanita atau sebaliknya, harus melakukan operasi kelamin. Diikuti juga dengan terapi hormon setidaknya dua tahun.