SOLOPOS.COM - ilustrasi

ilustrasi

Sebagai negara leluhur sepakbola, Inggris, atau Britania Raya dalam arti lebih luas, akan menyambut kedatangan sepakbola putri dalam Olimpiade 2012 di London yang dimulai pekan depan. Kedatangan itu menandai untuk kali pertama sebuah turnamen sepakbola wanita berlevel internasional digelar di “rumahnya sepakbola”.

Promosi Selamat Datang di Liga 1, Liga Seluruh Indonesia!

Sejarah dan kemeriahan pasti akan tumpah ruah ketika para pesepakbola putri berlaga di cabang penuh gengsi ini, malahan bisa saja mencuri perhatian dunia yang selalu tersita pada rekan-rekan putra mereka. Seakan untuk melengkapinya, sepakbola putri menjadi cabang olahraga yang memulai Olimpiade 2012 karena akan digelar 25 Juli atau dua hari sebelum acara pembukaan.

Sepakbola putri kali pertama dipertandingkan pada Olimpiade 1996 di Atlanta. Berkebalikan dengan sepakbola putra yang dikuasai kekuatan tradisional dari negara-negara Eropa dan Amerika Latin, Amerika Serikat merajai cabang ini. Dalam empat kali penyelenggaraan Olimpiade sejak saat itu, Amerika Serikat tiga kali merebut medali emas. Dominasi Amerika Serikat di sepakbola putri juga dibuktikan dengan sukses dua kali menjadi juara dunia pada 1991 dan 1999.

Berbeda dari cabang putra, sepakbola putri tidak mengenal batasan usia sehingga 12 tim peserta dapat mengirimkan kekuatan terbaik ke London. Empat tim dapat dibilang berstatus tim unggulan, yaitu Amerika Serikat, Brasil, Jepang, dan tuan rumah Britania Raya.

Wakil Asia Jepang, yang mencuri perhatian dengan menjuarai Piala Dunia 2011, menimbulkan kontroversi saat terbang “hanya” dengan penerbangan kelas premium ekonomi ke London. Muncul isu diskriminasi gender karena federasi Jepang (JFA) menerbangkan tim putra mereka dengan kelas bisnis.

“Harusnya sebaliknya,” ujar kapten, pahlawan juara dunia, dan pemain putri terbaik FIFA 2011, Homare Sawa.

“Bahkan untuk ukuran usia, kami lebih senior daripada mereka,” tambahnya berseloroh seperti dikutip dari goal.com.

JFA beralasan, kelas bisnis diberikan sesuai dengan status para pemain putra yang seluruhnya merupakan pemain klub profesional. Sementara, sebagian besar tim putri masih berstatus semi-profesional. Perbedaan perlakuan rupanya dialami pula oleh tim basket putri Australia sehingga komisi olahraga mereka melansir pernyataan berjanji akan meninjau kebijakan pemberangkatan atlet Olimpiade supaya terjadi kesetaraan antara tim putra dan putri.

Sebelumnya, isu diskriminasi gender sudah muncul di sepakbola putri ketika kualifikasi Olimpiade zona Asia digelar. FIFA mendiskualifikasi tim putri Iran sebelum pertandingan babak kedua kualifikasi melawan Yordania digelar karena menilai mereka tidak berpakaian sesuai regulasi. Seluruh pemain Iran mengenakan hijab yang memang belum diatur dalam peraturan pertandingan FIFA.

Keputusan FIFA itu memancing reaksi keras negara-negara Timur Tengah, termasuk PBB, yang mendesak agar FIFA menerapkan prinsip kesetaraan gender di lapangan hijau. Kampanye didukung pula oleh wakil presiden FIFA asal Yordania, Pangeran Ali Bin Al Hussein. Akhirnya, awal Juli ini, FIFA memperbolehkan penggunaan hijab.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya