SOLOPOS.COM - Ribuan suporter Persis Solo berhambur ke dalam lapangan Stadion Mini Plumbon seusai tim kesayangannya memastikan gelar juara setelah mengalahkan Diklat Salatiga All Stars 2-1, Minggu (15/11/2015). (Imam Yuda/JIBI/Solopos)

Plumbon Cup 2015 masih berlangsung.

Solopos.com, SOLO – Dukungan suporter selama Persis Solo melakoni turnamen Plumbon Cup 2015 memang sangat tinggi. Bahkan mereka acap kali memenuhi Stadion Mini Plumbon, Tawangmangu, Karanganyar, setiap kali Persis berlaga.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Begitu pula saat Persis melakoni laga final Plumbon Cup kontra Diklat Salatiga All Stars (DAS), Minggu (15/11/2015). Ribuan suporter hadir secara langsung guna memberi dukungan Persis.

Sayang, dukungan suporter ini terkadang berjalan kurang sportif. Beberapa suporter bahkan acap melakukan teror dengan melakukan kontak fisik kepada pemain lawan.

Para pemain DAS bahkan mengaku sempat mendapat perlakuan kasar dari para suporter saat laga kontra Persis. Salah satu bek DAS, Haryadi “Putul”, bahkan mengaku tak hanya mendapat cemooh, tapi juga sempat terkena pukulan dari salah seorang suporter.

“Terutama suporter yang pakai atribut hitam-hitam. Mereka berani masuk ke lapangan dan memukul saya. Tindakan itu sangat disayangkan dan mencemarkan nama Persis. Begini-begini saya kan juga pernah beberapa musim main untuk Persis, tidak seharusnya diperlakukan seperti itu,” ujar  Haryadi saat dijumpai Espos seusai laga.

Dalam laga di Plumbon Cup, para suporter memang dengan mudah melakukan interaksi dengan pemain. Selain karena lapangan yang tidak terlalu luas, pagar pembatas antara lapangan dengan penonton juga tidak ada.

Selain Haryadi, kiper DAS yang juga sempat membela Persis pada ajang Piala Polda 2015, Ghony Yanuar, mengaku juga mendapat perlakuan serupa. Ia bahkan sempat mendapat pemukulan dan tendangan dari para suporter yang berjejer tepat di belakang gawangnya.

“Saya dipukul dari belakang sekaligus ditendang. Untung pihak keamana langsung mengambil tindakan untuk mengamankan mereka,” ujar Ghony.

Tindakan para suporter ini pun membuat laga final pun berlangsung tidak menarik dan sedikit ternoda. Kondisi ini tak lain karena laga harus beberapa kali dihentikan akibat protes yang dilakukan para pemain DAS.

Tercatat selama laga, pertandingan dihentikan sebanyak tiga kali. Kali pertama dihentikan saat bek DAS yang juga kapten PSIS Semarang, Fauzan Fajri, terjatuh tanpa alasan di pinggir lapangan. Kedua, laga dihentikan saat Ghony mendapat tendangan dan pemukulan dari belakang dan terakhir saat para pemain DAS melakukan protes setelah wasit Tugimin “Gepeng” asal Karanganyar memberikan hadiah penalti bagi Persis.

Tendangan penalti itu pun mampu dieksekusi Robi Fajar dengan sempurna dan membawa Persis menang dengan keunggulan 2-1. Berkat kemenangan ini pun Persis berhak mendapat hadiah uang sebesar Rp10 juta, sementara DAS digelontor hadiah sebesar Rp6 juta.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya