Sport
Senin, 22 Agustus 2011 - 08:33 WIB

PSIM terganjal syarat finansial

Redaksi Solopos.com  /  Budi Cahyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

JOGJA—Nasib PSIM Jogja di kompetisi liga profesional akan di tentukan hari ini Senin (22/8). Syarat finansial masih menjadi batu sandungan. Kompetisi amatir menjadi jalan terakhir.

Kepada Harian Jogja, Minggu (21/8), Yoyok Setiawan anggota tim sembilan PSIM mengungkapkan jika tim sembilan yang diwakili oleh tiga orang, akan bertolak ke Jakarta, untuk menyerahkan pemenuhan lima aspek sebagai persyaratan verifikasi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). “Rencananya saya, Iriantoko, Desi atau jarot yang akan ke Jakarta besok [hari ini],” terang Yoyok Setiawan.

Advertisement

Menurut Yoyok, tim sembilan berangkat dengan satu misi penting lainnya dalam mempertanyakan aspek finansial yang hingga saat ini masih menjadi ganjalan PSIM.

Yoyok menambahkan, jika tim sembilan ingin mempertanyakan secara langsung kepada pengurus PSSI mengenai pemenuhan kelima aspek, terutama dalam aspek finansial baginya, pemenuhan kelima aspek dapat di lihat secara logika.

“Kami ingin mempertanyakan apakah keberadaan aspek finansial sebagai penentu di dalam verifikasi. Bagaimana dengan nasib tim yang mampu memenuhi keempat aspek diluar aspek finansial, apakah mendapat keringanan lolos verifikasi?” umgkap Yoyok.

Advertisement

Yoyok berkeyakinan jika PSSI pusat dapat berfikir arif mengenai kesulitan tim dalam hal finansial. Baginya, posisi PSIM saat ini bisa dikatakan sangat baik dalam keempat aspek, seperti aspek legal, administratif, suporting, dan infratruktur di luar aspek finansial. Kondisi ini pun dikatakan juga dirasakan oleh pengurus sepakbola lainnya dalam pemenuhan kriteria verifikasi.

“Meskipun dalam kondisi seperti ini, kami tetap harus hati-hati. Jangan sampai kami salah langkah dan menghilangkan PSIM untuk selama lamanya,” tambah Yoyok Setiawan.

Mewakili suara tim sembilan, dirinya lebih baik bersikap realistis dengan keadaan ini dan tidak memaksakan keadaan. Liga amatir dirasanya tidak akan selalu ber-image negatif, bahkan di era 80-an, kompetisi liga amatir mampu mengalahkan kemeriahan di kompetisi di liga profesional. “Lebih baik bermain di amatir daripada harus memaksakan diri di profesional. Risikonya akan lebih besar,” tutup Yoyok.(Harian Jogja/Garth Antaqona)

Advertisement

HARJO CETAK

Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif