SOLOPOS.COM - Mayor Haristanto menceritakan sejarah Pasoepati, suporter Persis Solo, di acara Selasa Podcast Solopos yang disiarkan di YouTube. (tangkapan layar YouTube program Selasar Podcast Solopos).

Solopos.com, SOLOPasoepati memiliki sejarah berliku sebelumnya akhirnya menjadi pendukung Persis Solo yang fanatik hingga sekarang.

Jauh sebelum menjadi pendukung Persis Solo yang fanatik seperti sekarang, Pasoepati mendukung klub sepak bola dari Jakarta yang bermarkas di Solo.

Promosi Antara Tragedi Kanjuruhan dan Hillsborough: Indonesia Susah Belajar

Hal itu diungkapkan pendiri dan Presiden Pertama Pasoepati, Mayor Haristanto dalam obrolan santai di program Selasar Podcast Solopos yang ditayangkan di akun Espos Indonesia, beberapa waktu lalu.

Sejarah Pasoepati, Major menceritakan Pasoepati lahir 23 tahun lalu, tepatnya 9 Februari 2000. Pasoepati dibentuk atas dasar kesadaran bahwa sepak bola tentu selalu mendatangkan massa atau suporter.

Kerumunan massa tersebut dapat menimbulkan kerusuhan jika dibiarkan atau tidak dikelola dengan baik. Saat itu, Solo menjadi kandang klub dari Jakarta yakni Pelita Jaya yang kemudian bertransformasi menjadi Pelita Solo.

Keberadaan klub itu melahirkan kelompok suporter dari kampung-kampung atau kampus (suku). Mereka membawa bendera kelompok masing-masing.

Saat itu Mayor tidak langsung mendirikan Pasoepati. Dia memilih menunggu ada gerakan atau ajakan untuk membentuk kelompok suporter.

Namun, setelah ditunggu-tunggu tidak ada tanda-tanda bakal ada pendirian suporter. Kemudian Mayor mendirikan Pasoepati untuk mewadahi dan menyatukan para suporter.

“Pelita Jaya salah satu tim hebat di Jakarta saat itu, tetapi justru tidak terlalu laku di Jakarta karena tidak memiliki banyak suporter. Akhirnya mempunyai wacana pindah ke Kota Solo. Walaupun sempat ada keraguan ketika Pelita Jaya ingin pindah ke Solo tetapi pada akhirnya mereka diterima dengan baik oleh masyarakat Solo,” kata Mayor mengisahkan sejarah berdirinya Pasoepati.

Dia melanjutkan pemain bintang membuat Pelita Solo tak terkalahkan dalam sembilan pertandingan. Pada momentum itu Pelita Jaya berganti nama menjadi Pelita Solo. Pasoepati lahir ketika pertandingan ke-34 Pelita Solo saat itu.

Mayor berkisah, pada 9 Februari 2000 kelompok suporter berkumpul di tempat tinggal Mayor Haristanto.

Sebelumnya, pada 27 Januari 2000 Mayor membuat surat pembaca yang berisi ajakan untuk bertemu dengan para pentolan suporter di Indonesia untuk bersilahturahmi. Hingga saatnya tiba, ada 20 orang yang bersedia berkumpul.

Pada 9 Februari 2000, Pasoepati lahir di wilayah Nusukan, Banjarsari, Solo yang saat itu markasnya menjadi workshop bagi Pasoepati.

Sebanyak 20 yang berkumpul, termasuk Mayor sepakat membikin kelompok suporter dengan nama Pasoepati. Nama itu akronim dari Pasukan Suporter Pelita Sejati. Mayor Haristanto ditunjuk sebagai presiden.

Sebelum tercetus nama Pasoepati, Pelita Solo ketka itu sudah mempunyai julukan Laskar Pasoepati.

Menjabat sebagai Presiden Pasoepati, Mayor tidak hanya berpikir tentang mendukung klub sepak bola. Dia memiliki prinsip harus dapat menjaga Kota Solo tetap aman dan tenteram.

Mayor tak memungkiri anggota Pasoepati pada masa lalu pernah terlibat bentrok dengan pendukung PSIS Semarang dan PSIM Yogyakarta.

Suatu ketika Pelita Solo terdegradasi. Meski demikian, Pasoepati tetap setia. Bahkan, saat sudah dipastikan terdegradasi, Pasoepati tetap mendukung Pelita Solo bertanding di Tangerang.

Pasoepati juga mendukung klub asli Solo, yakni Persis Solo yang berlaga di Liga 2. Pasoepati memberi dukungan penuh kepada klub tersebut hingga sekarang.

Demikian sejarah berdirinya Pasoepati, suporter setia Persis Solo.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya