Sport
Minggu, 7 Desember 2014 - 13:20 WIB

Sempat Gagal, Pendaki Cilik ini Tetap Ingin Menjadi Atlet Profesional

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sukma saat tampil di kategori lead putri di IGC di Pantai Siung. Meski telah berusaha sekuat tenaga, akhirnya harus menerima kegagalan mencapai puncak tebing, Sabtu (29/11/2014). (JIBI/Harian Jogja/David Kurniawan)

Meski tergolong masih kecil, ternyata tidak menghalangi seseorang untuk berprestasi. Salah satunya diperlihatkan Sukma Lintang Cahyani, pemanjat tebing cilik asal Kota Jogja. Walaupun gagal di kelas lead dalam Indonesia Climbing Gathering di Pantai Siung. Namun deretan prestasi telah dia ukir, baik kancah nasional maupun regional. Berikut kisah yang dihimpun wartawan Harian Jogja, David Kurniawan.

Meski hujan terus mengguyur sepanjang hari, tak menurunkan semangat para atlet panjat tebing untuk unjuk kebolehan menaklukan tebing-tebing di Pantai Siung. Event tahunan ini diikuti kurang lebih 125 atlet dari wilayah Jawa-Bali. Lomba terbagi dalam dua kategori, lead putra-putri dan Bouldering putra-putri.

Advertisement

Satu per satu peserta diuji kepandaiannya dalam memanjat di tebing Pantai Siung. Ada yang menarik dalam perlombaan yang digelar sejak 2006 lalu, sebab tak hanya orang dewasa atau kalangan remaja. Ternyata lomba itu juga diikuti oleh anak-anak. Memang kegiatan lomba diperuntukkan umum, sehingga siapa saja dapat mengikutinya, dengan catatan peserta memiliki nyali dan siap menaklukan tantangan yang diberikan.

Usai seorang peserta gagal menaklukan tebing dengan tinggi sekitar lima meter. Juri pun memanggil nama Sukma Lintang Cahyani,10. Mendengar namanya dipanggil, gadis cilik dengan rambut kucir kuda itu pun langsung bergegas menuju area pemanjatan. Dia pun langsung memakai sepatu khusus memanjat. Usai memakai sepatu, ia langsung mengamati jalur yang akan didaki, dengan harapan bisa menemukan jalur termudah untuk sampai di puncak.

Sejurus kemudian, Sukma melakukan ritual seperti umumnya orang akan mengawali sesuatu pekerjaan. Usai berdoa, dia pun mengambil segenggam serbuk putih di sebuah kantong yang ditaruh di bagian punggung. Lantas, tepung itu diusap-usapkan di kedua telapak tangannya.

Advertisement

Selanjutnya, Sukma pun mulai melakukan aksinya untuk menaklukan tebing di bibir Pantai Siung. Tak lupa, untuk berjaga-jaga panitia lomba memasang alat pengaman guna menghindari hal-hal yang tak diinginkan. Perlahan-lahan dan penuh dengan kehati-hatian, ia menapaki tebing. Sesekali dia mencari permukaan tebing yang tidak rata sebagai tumpuan mencapai puncak. Sayangnya, baru separuh jalan, dia pun terjatuh dan merelakan mimpi sebagai yang terbaik di kelas lead melayang. Peralatan yang dipasang
ditubuhnya, membuat Sukma tidak jatuh ke laut.

“Sangat susah, apalagi hujan menghambat saya untuk mengeluarkan performa terbaik. Meski kecewa, saya tetap puas dan akan berusaha lagi,” kata Sukma kepada Harianjogja.com, Sabtu (29/11/2014) lalu.

Dia mengaku kesulitan untuk menaklukan medan di Pantai Siung. Hujan yang terus mengguyur membuat rembesan di dinding tebing. Kondisi itu berdampak terhadap jalur pendakian menjadi tambah licin.

Advertisement

Meski relatif masih belia, banyak prestasi diperoleh Sukma. Tercatat ia keluar sebagai juara ketiga di kejuaraan nasional panjat tebing di Jepara, juara satu panjat tebing regional Jateng-Jatim-DIY di Ngawi, serta juara tiga Kejurda DIY beberapa waktu lalu.Bakat menjadi pemanjat tebing menurun dari ayahnya, yang juga menyukai olah raga ekstrem itu. Sejak delapan bulan lalu, Sukma terus berlatih memanjat di SMA 3 Jogja. Kecuali Minggu, setiap hari dia terus mengasah kemampuan dan kepandaian dalam memanjat
dinding.

“Saya senang, karena memang ingin menjadi atlet profesional saat besar nanti,” ungkapnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif