SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jakarta–Mantan pemain bulutangkis nasional Susi Susanti dan Hermawan Susanto menyatakan prihatin dengan makin merosotnya prestasi bulutangkis Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.

Berbicara di sela-sela Kejurnas Bulutangkis Usia Dini “Tetra Pak Open Milk” 2009 di GOR Asia Afrika Senayan, Jakarta, Rabu, Susi mengaku sedih ketika melihat para juniornya sering kalah dari pemain-pemain asing, terutama dari Cina, Korsel dan Malaysia dalam berbagai turnamen internasional akhir-akhir ini.

Promosi Tragedi Simon dan Asa Shin Tae-yong di Piala Asia 2023

“Yah, tentu sedih kalau atlet Indonesia selalu kalah,” kata pemegang medali emas tunggal putri Olimpiade Barcelona 1992 itu.

Menurut Susi, butuh proses panjang untuk mempertahankan prestasi emas bulutangkis Indonesia di berbagai ajang internasional dan juga butuh kesungguhan.

“Untuk mencetak juara, pembinaannya tidak bisa instan. Pemain juga harus jaga konsistensi dengan permainan dan harus selalu memotivasi diri untuk menjadi yang terbaik,” kata Susi yang bersuamikan Alan Budikusuma yang juga peraih medali emas tunggal putra Olimpiade Barcelona itu.

Susi mengakui peta kekuatan bulutangkis saat ini masih dikuasai Cina dengan tingkat persaingan yang demikian tinggi dibanding dulu saat dirinya masih aktif bermain.

Meski begitu, Susi berharap para pemain Indonesia terus berlatih dengan ekstra keras dan memiliki kemauan yang besar untuk menjadi yang terbaik.

Senada dengan Susi, Hermawan Susanto mengatakan bibit atlet bulutangkis di Indonesia sebetulnya tidak kalah dari Cina, Korsel dan Malaysia.

Para pemain junior menurut Hermawan sekarang ini jarang dikirim ke luar negeri untuk mengikuti pertandingan internasional.

“Ini yang berbeda dengan zaman kami dulu dimana pemain junior saling berlomba-lomba masuk pelatnas saat pemain senior mulai turun prestasinya,” kata Hermawan yang meraih medali perunggu tunggal putra di Olimpiade Barcelona 1992.

Menurut Hermawan, pemain pelapis Sony Dwi Kuncoro, Simon Santoso dan Tommy Sugiarto harus disiapkan sekitar enam hingga delapan orang.

Setiap pemain Pelatnas, katanya, harus terus mengevaluasi kelebihan dan kekurangan untuk bisa mencetak prestasi yang lebih tinggi.

“Jangan sekedar main lalu kalah dan menganggap hal itu biasa-biasa saja. Pemain muda harus dikirim ke kejuaraan-kejuaraan internasional supaya regenerasi pemain tidak putus,” kata Hermawan yang kini menjadi pelatih di klub Aufa Depok.

“Mudah-mudahan kita tidak terpuruk terus. Dari dulu Indonesia ditakuti oleh negara lain dalam olahraga bulutangkis. Kita harus tetap mempertahankan Indonesia sebagai maestro bulutangkis dunia,” tambah Hermawan sembari berharap dalam waktu dua hingga tiga tahun ke depan Indonesia mampu mengejar ketinggalan dari negara lain seperti Cina, Korsel dan Malaysia.
Ant/tya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya