SOLOPOS.COM - Pengungsi Rohingya meninggalkan tempat penampungan darurat di Cox's Bazar Bangladesh yang dilanda banjir saat hujan lebat, Selasa (19/9/2017). (JIBI/Solopos/Reuters/Mohammad Ponir Hossain)

Tim medis PBB mengungkapkan sejumlah wanita Rohingya mengalami kekerasan seksual.

Solopos.com, DHAKA – Sudah satu bulan lamanya warga Rohingya meninggalkan kampung halaman mereka di Rakhine, Myanmar. Bentrokan dan krisis yang terjadi dengan tentara Myanmar membuat mereka harus mengungsi ke negara tetangga seperti Bangladesh, India, hingga Nepal.

Promosi Mabes Polri Mengusut Mafia Bola, Serius atau Obor Blarak

Saat ini, Bangladesh menjadi negara yang paling banyak menampung pengungsi Rohingya. Lebih dari 400.000 orang dari etnis Rohingya menetap di tenda pengungsian Cox’s Bazar, Bangladesh. Sayangnya, tempat itu tidak mampu menampung semua pengungsi Rohingya. Akibatnya, beberapa dari mereka mengalami gangguan kesehatan karena fasilitas kurang memadai.

Para pengungsi itu mendapat bantuan dari tim medis yang dikirim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Namun delapan dokter yang ditugaskan merawat pengungsi Rohongnya menemukan fakta lain yang makin menyayat hati. Berdasarkan hasil pemeriksaan, sebanyak 25 wanita Rohingya diduga menjadi korban kekerasan seksual.

“Kami menemukan luka pada tubuh wanita yang disebabkan oleh aksi kekerasan seksual yang sangat bengis,” kata Tasnuba Nourin, petugas medis dari Organisasi Internasional untuk Migrasi PBB (IOM), seperti dilansir Independent, Senin (25/9/2017).

Sejauh ini, tenaga medis yang bertugas di Bangladesh sudah merawat 25 wanita yang diduga mengalami kekerasan seksual itu sejak akhir Agustus 2017. Koordinator kesehatan IOM di Bangladesh, Niranta Kumar, mengatakan kondisi para korban mulai membaik.

“Kami menemukan bekas luka di kulit. Ini menunjukan serangan yang sangat kuat dan tidak manusiawi,” kata Kumar.

Pernyataan yang disampaikan IOM ini dinilai sangat mengejutkan. Sebab, selama ini lembaga PBB jarang menuduh aparat keamanan sebagai pelaku kekerasan, mengingat masalah itu sangat sensitif.

Menanggapi hal itu, juru bicara Aung San Suu Kyi, buka suara. Ia menegaskan pemerintah Myanmar bakal menyelidiki hal tersebut sampai tuntas.

“Para wanita yang menjadi korban kekerasan diimbau untuk menghadap ke sini. Kami akan memberikan perlindungan penuh kepada mereka. Kami akan melakukan penyelidikan dan mengambil langkah nyata,” ujar juru bicara Penasihat Negara Myanmar itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya