Sport
Selasa, 24 Januari 2012 - 09:26 WIB

'Tindakan Emosional Pelatih Tidak Mendidik'

Redaksi Solopos.com  /  Harian Jogja  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pelatih PSS, Widiyantoro (berjaket) saat memprotes keputusan wasit di Stadion Manahan, Solo, Jawa Tengah, Sabtu (21/1) (JIBI/SOLOPOS/AGUS RUDIANTO)

PROTES—Pelatih PSS, Widiyantoro (berjaket hitam) saat memprotes keputusan wasit di Stadion Manahan, Solo, Jawa Tengah, Sabtu (21/1) (JIBI/SOLOPOS/AGUS RUDIANTO)

SLEMAN—Protes keras terhadap wasit yang dilakukan pelatih PSS Sleman Widiyantoro saat memimpin pasukannya menghadapi Persis Solo merupakan contoh buruk bagi para pemain. Widiyantoro sudah minta maaf atas tindakannya tersebut.

Advertisement

Widiyantoro dianggap mencederai nilai-nilai fair play. Pelatih seharusnya memberikan teladan yang baik kepada para pemain. Menurut dosen psikologi olahraga FIK Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Dimyati, protes keras yang dilakukan ofisial bisa dikategorikan tindakan tidak fair sehingga wasit berwenang mengusir.

“Wasit sudah benar dalam keputusan itu [pengusiran Widiyantoro],” ujarnya saat dihubungi Harian Jogja, Senin (23/1) siang. Dari kacamata psikologi olahraga, Dimyati menengarai selama ini banyak pelatih yang hanya mengejar tujuan untuk memenangkan pertandingan.

Di saat tujuan itu tersendat karena ada keputusan wasit yang dianggap merugikan timnya, timbullah perilaku-perilaku yang tidak fair play seperti yang ditunjukkan Widiyantoro.

Advertisement

“Tindakan emosional dari pelatih tidak mendidik dan merupakan contoh buruk kepada pemain, khususnya pemain muda,” tambah pria yang tengah menyelesaikan desertasi doktoralnya tentang pendidikan fair play itu.

Tambah Dimyati, selama ini ada kesalahan pemahaman fair play yang ditekankan kepada para pemain. Semestinya nilai-nilai pemahaman fair play juga harus ditekankan kepada para pelatih dan ofisial tim.

“Kunci dari fair play sebenarnya ada pada pelatih sehingga harus ada pemahaman yang mendalam agar bertindak fair, tidak protes berlebihan walaupun tindakan wasit merugikan tim, tetap harus dipatuhi,” ungkapnya.

Advertisement

Dalam laga lawan Persis akhir pekan lalu, Widiyantoro bertindak lepas kendali setelah beberapa kali protesnya tidak diindahkan perangkat pertandingan. Saat diusir wasit, Widiyantoro enggan meninggalkan bench pemain, sebelum akhirnya digiring kemanan panpel.

Beberapa saat setelah meninggalkan lapangan, Widiyantoro kembali lagi ke tepi lapangan ketika ada ketegangan antarpemain di menit-menit akhir pertandingan. Kepada wartawan, Widiyantoro mengaku menyesali perbuatannya dan sudah menghubungi perangkat pertandingan untuk meminta maaf.

“Protes tersebut mungkin terlalu keras. Saya juga sudah menelepon wasit dan meminta maaf atas tindakan saya,” ungkapnya.(Harian Jogja/MG Noviarizal Fernandez)

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif