Hasil tersebut tentunya sangat mengecewakan bagi Sritex Dragon yang berniat terus memburu poin guna mendongkrak posisi. Sebaliknya, kemenangan ini memberi rasa percaya diri tinggi pada anak-anak Kota Atlas untuk menghadapi laga berikutnya. Sahabat Semarang mengukuhkan dirinya sendiri menjadi raja di Jateng di musim ini. Anak asuh Xaverius Wiwid memiliki catatan lebih bagus selama melakoni derby Jateng, yakni dua kali menang dan sekali kalah.
Sritex Dragon bermain kurang trengginas di kuarter pertama. Memperoleh dukungan pencinta bola basket di Solo, Tania Rasidi dkk mestinya berinisiatif menyerang di awal pertandingan guna mendulang banyak poin. Ironisnya, strategi tersebut macet di tengah jalan. Justru, Sahabat Semarang unggul di kuarter ini dengan skor 20-12. Dalam kondisi tertekan, sulit bagi anak-anak Solo mendominasi jalannya pertandingan di sisa kuarter yang ada.
Memang benar, Sritex mampu menyamakan kedudukan di kuarter kedua menjadi 27-27. Namun, di tengah kondisi yang ngos-ngosan, pemain Sritex Dragon mulai kehilangan kepercayaan diri di quarter ketiga. Di quarter ini, pemain Sritex Dragon tak berkutik di hadapan Sahabat Semarang. Mengandalkan kolektivitas tim, Sahabat Semarang menutup quarter ketiga dengan skor 51-33. Kondisi ini menyebabkan tim tuan rumah dalam tekanan luar biasa.
Tak berkembangnya permainan tuan rumah dan sering melesetnya tembakan tiga angka, menjadi biang kerok kekalahan yang diderita Sritex Dragon. Dari 23 kali tembakan tiga angka yang dilancarkan anak-anak Solo, hanya delapan kali berbuah poin. Padahal, jurus tersebut menjadi jurus terakhir bagi Sritex Dragon guna melumpuhkan lawan.
Saat jurus mematikan tersebut tak manjur lagi, otomatis membuat anak-anak Solo frustasi di tengah lapangan. Di laga kemarin, lini tengah Sritex Dragon keteteran mengimbangi Sahabat Semarang. Anak-anak Solo juga sering kalah berebut bola-bola rebound. Sahabat Semarang sukses membekuk Sritex Dragon di kuarter keempat dengan skor 65-55.
“Anak-anak memang kurang percaya pada kemampuan diri mereka sendiri. Sehingga, pada takut untuk menyerang. Dilihat dari peluang, sebenarnya anak-anak banyak menciptakan peluang dibanding tim lawan. Tapi, hari ini [kemarin], anak-anak harus kalah melawan tim yang memang bermaterikan skill individu mumpuni,” kata Wempi Wiyanto, saat ditemui wartawan seusai laga.
Pada kesempatan yang sama, arsitek Sahabat Semarang, Xaverius Wiwid, mengakui kunci kemenangan timnya, yakni saat anak asuhnya mampu mematikan pergerakan shooter tim tuan rumah. “Kemenangan ini sangat membanggakan bagi kami. Kami bisa mengalahkan Sritex yang kami kenal sebagai saudara tua,” katanya.