SOLOPOS.COM - Rochy Putiray pascalaga Unsa Asmi vs PSDB Demak di Lapangan Baturan, Solo, Sabtu (23/12/2023). (Solopos.com/Gigih)

Solopos.com, SOLO — Mantan bintang Timnas Indonesia, Rochy Melkiano Putiray, menyebut permainan Tim Nasional Indonesia di bawah asuhan Shin Tae-yong memperlihatkan hasil yang bagus.

Menurut Rochy, prestasi Timnas jangan semata-mata diukur dari trofi.

Promosi Kanker Bukan (Selalu) Lonceng Kematian

Saat ditemui Solopos.com pascalaga Unsa Asmi vs PSDB Demak di Lapangan Baturan, Solo, Sabtu (23/12/2023), Rochy Putiray mengatakan tidak peduli apapun hasil Timnas Indonesia di Piala Asia 2023.

“Kita ini jangan terlalu peduli dengan hasil. Hasil yang bagus akan hadir ketika memang prosesnya bagus. Apa yang dilakukan Shin Tae-yong sejauh ini terlihat kok. Kita enggak bisa minta hasil cepat, semua ada prosesnya. Jadi menurut saya Piala Asia nanti jangan lihat hasilnya, lihat prosesnya,” tegas pemilik 41 caps bersama Timnas dan mencetak 17 gol ini.

Rochy yang menjadi legenda klub Galatama, Arseto Solo ini menyebut ada perbedaan besar antara era Luis Milla dan Shin Tae-yong dalam melatih Timnas Indonesia.

Ia mengatakan Milla punya pendekatan style dan taktik bermain sedangkan Shin Tae-yong mindset untuk berani bertarung.

Bagi Rochy Putiray, yang penting saat ini adalah melihat kemajuan Timnas Indonesia secara permainan.

“Luis Milla itu punya pendekatan style dan taktik bermain, sedangkan Shin Tae-yong itu mindset untuk berani fight. Andai Luis Milla waktu itu kontraknya dilanjutkan, tentu kita sudah panen trofi sekarang. Ini yang harus kita terapkan untuk Shin Tae-yong, betul lima tahun enggak memberi gelar, tapi coba lihat, pelatih mana yang membawa Timnas Indonesia bisa mencetak gol dan menang kalau bermain di kandang lawan? Ya hanya Milla dan Shin Tae-yong,” ujarnya.

Bagi Rochy Putiray, perlu waktu dan kerja sama semua pihak untuk membentuk Timnas yang bagus.

Ia membandingkan dengan Unsa Asmi yang saat ini berkompetisi di Liga 3 Jawa Tengah.

“Saya di Unsa tahun 1996, ikut pertandingannya antarkampung [tarkam]. Baru 27 tahun setelahnya baru bisa masuk Liga 3 itupun belum nasional. Bayangkan ada berapa generasi berarti baru bisa berkompetisi di liga? Sama dengan Timnas Indonesia ya harus punya proses yang panjang, perbaikannya juga harus dilakukan dari Askot, Askab, Asprov sampai PSSI-nya juga harus berbenah untuk menghasilkan generasi yang bagus,” lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya