SOLOPOS.COM - Harry Kane bersama pelatih Inggris, Gareth Southgate. (Bisnis-Reuters)

Solopos.com, BERLIN — Pertandingan terakhir Grup C Euro 2024 antara Inggris dan Slovenia di Stadion RheinEnergie, Cologne, Jerman, pada Rabu (26/6/2025) dini pukul 02.00 WIB menjadi upaya Gareth Southgate dalam menjawab kritik publik.

Walau memuncaki Grup C, Inggris menjadi tim yang kesulitan mencetak peluang.

Promosi Sejarah KA: Dibangun Belanda, Dibongkar Jepang, Nyaman di Era Ignasius Jonan

The Three Lions hanya mengemas dua gol dari dua pertandingan pertamanya padahal mereka dipenuhi talenta-talenta menyerang yang hebat.

Itu pula yang menjadi pusat kritik dari para penggemar Three Lions kepada pelatih mereka, Gareth Southgate, yang didesak agar merombak skuadnya.

Inggris tetap menjadi tim yang diunggulkan memenangi laga ini, apalagi dari enam pertemuan kedua tim sebelumnya Slovenia tak pernah bisa mengalahkan Inggris.

Tetapi hasil seri masih berpeluang mengantarkan Slovenia ke fase gugur, dengan menggenggam tiket sebagai salah satu dari empat tim berperingkat ketiga terbaik.

Slovenia bisa mengeksploitasi masalah pada barisan serang Inggris walau dalam laga ini Southgate sudah menemukan formula untuk mengatasi tumpulnya lini depan skuadnya.

Namun demikian, satu poin dari laga melawan Slovenia sebenarnya sudah cukup bagi Inggris untuk masuk 16 besar sebagai juara grup, sehingga mendapatkan lawan yang mungkin lebih ringan.

Sebaliknya, jika kalah, dan saat bersamaan Denmark menang, Three Lions yang dalam skenario ini tetap lolos ke fase grup sebagai tim berperingkat tiga terbaik, berisiko untuk semakin dikecam masyarakat sepak bolanya sendiri.

Harry Kane cs tentu membuang jauh-jauh skenario yang terakhir itu, apalagi mereka bernafsu memperpanjang catatan tak terkalahkan Three Lions dalam fase grup pada empat edisi Piala Eropa berturut-turut setelah 2012, 2016 dan 2020.

Meskipun mengumpulkan poin yang paling banyak sehingga memuncaki Grup C dan memiliki jelajah lapangan terjauh dengan rata-rata 113,3 km, Three Lions adalah tim yang tergolong irit menciptakan peluang.

Dari dua pertandingan sebelumnya, pasukan Southgate hanya membuat total 17 peluang yang 7 di antaranya tepat sasaran.

Padahal rata-rata peluang yang dibuat Serbia dan Denmark di atas 20 kali.

Slovenia sendiri juga membuat 17 peluang yang 6 di antaranya tepat sasaran.

Fakta ini terasa ironis mengingat skuad Inggris jauh lebih mentereng dibandingkan dengan tiga tim lain dalam Grup C, khususnya Slovenia.

Seharusnya kelebihan dalam hampir semua skala itu membuat Inggris menjadi tim yang paling eksplosif.

Mereka adalah tim bertabur bintang bergaji rata-rata sangat tinggi yang valuasi pasarnya paling besar dibandingkan dengan tim-tim Euro 2024 yang lain.

Valuasi skuad Inggris mencapai 1,382 miliar euro (Rp24,3 triliun). Angka ini hampir sepuluh kali lipat valuasi skuad Slovenia yang “hanya” 169,6 juta euro (Rp2,9 triliun) atau terendah di Grup C.

Inggris adalah satu dari tiga tim Euro 2024 yang memiliki valuasi skuad di atas 1 miliar euro. Dua tim lainnya adalah Prancis dan Portugal.

Dan tampaknya, sejauh ini hanya Portugal yang membuktikan adanya keselarasan antara harga dan kualitas tim.

Karena tumpul dalam mencetak gol dan membuka peluang, Southgate dikritik tak bisa mengelola bakat-bakat menyerang supermahal untuk menjadi faktor kemenangan.

Penggemar timnas Inggris pun mulai tidak yakin tim kebanggaannya bisa mencapai babak puncak seperti mereka lakukan tiga tahun lalu dalam Euro 2020 ketika mereka menantang Italia dalam partai final.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya