SOLOPOS.COM - Legenda bulu tangkis dunia asal PB Djarum, Christian Hadinata. (Antara/Bayu Kuncahyo)

Solopos.com, JAKARTA – Salah satu legenda bulu tangkis dunia, Christian Hadinata, menyebut tekanan bagi pebulu tangkis saat ini jauh lebih berat dibandingkan masa lalu akibat penerapan pranata reli poin.

Menurut pria yang meraih beragam gelar bergengsi dunia itu, pranata reli poin dianggap menjadi tekanan terbesar bagi pebulu tangkis saat ini karena berkaitan dengan faktor mental dan nonteknis pemain.

Promosi Semarang (Kaline) Banjir, Saat Alam Mulai Bosan Bersahabat

“Menurut saya pressure sekarang jauh lebih berat dibanding zaman saya. Utamanya setelah diberlakukan reli poin. Dari sisi mental dan nonteknis, apalagi poin-poin kritis 15 ke atas itu sangat menentukan,” ungkap pria yang pernah mengawinkan gelar juara dunia 1980 dari nomor ganda putra dan ganda campuran itu.

Saat ditemui di Jakarta, Selasa ((26/9/2023), Christian Hadinata memaparkan pada zaman ia menjadi pemain pertandingan bulu tangkis berjalan lebih santai sehingga tidak ada tekanan mental yang berarti. Bahkan ia kerap mendapat keuntungan dari pranata lama yang memberlakukan pindah bola.

“Apalagi main double (ganda), ya empat kali pindah bolanya. Saya servis, ganti partner saya. Kalau mati pindah bola, servis kedua, pindah bola lagi. Jadi tekanannya memang beda,” tutur mantan atlet berusia 73 tahun itu.

Hal berbeda terjadi dengan penerapan reli poin, lanjutnya, terutama saat sudah match point karena pemain akan merasakan beban mental yang sangat berat.

“Bayangkan saja skor 20-19, servisnya salah, ya sudah game poin. Kalau dibanding dulu tidak terlalu berat buat kami. Sekarang kalau bola tersangkut atau mati ya (perhitungan) poinnya berjalan terus,” paparnya.

Dengan pranata reli poin yang demikian ketat tersebut, maka tidak salah jika Christian menilai bahwa turnamen bulu tangkis saat ini dipastikan akan melibatkan pertarungan mental.

Dinamika yang terjadi pada dunia bulu tangkis membuat pria yang namanya masuk dalam daftar Badminton Hall of Fame oleh Federasi Badminton Dunia (BWF) pada 2001 itu terpanggil untuk kembali bergabung dengan kepengurusan PBSI.

Pria yang akrab disapa Koh Chris itu ditugasi PBSI untuk menjadi pendamping bagi para atlet untuk memberikan motivasi tambahan sejak Agustus.

“Ya mirip seperti konsultan. Mendampingi hampir semua (sektor), dan mulai aktif bulan lalu,” pungkas mantan atlet yang pernah mendulang lima medali emas Asian Games itu.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya